Pameran Tanda Seru!

 

Balinetizen, Denpasar

Futuwonder sebuah kolektif lintas disiplin akan resmi membuka pameran yang melibatkan 8 perempuan seniman di ruang pamer Uma Seminyak, yang terletak di bilangan Kayu Cendana. Pameran ini digagas sebagai bagian dari peringatan dan perayaan Hari Perempuan Internasional dan Hari Kartini.

Upaya emansipasi perempuan dan kesetaraan gender memiliki tantangan yang cukup besar dalam sistem sosial dan mentalitas masyarakat Indonesia yang patriarkis. Dalam ranah seni rupa misalnya telah timbul kesadaran dari perempuan seniman untuk mengangkat isu-isu perempuan dalam karya mereka, karena seni bagi mereka bisa menjadi medium pergerakan.

Arahmaiani secara tegas menyatakan bahwa karya-karyanya merupakan bentuk kesadarannya akan ketidakadilan gender yang dirasakan oleh perempuan. ”Sesuai dengan kapasitas saya sebagai perempuan, demikian juga dalam memahami aspek kehidupan yang akan saya angkat dalam seni rupa, saya mencoba menyuarakan permasalahan dari golongan tertindas. Maka dari itu permasalahan tersebut saya tampilkan dengan memakai metafora gender”.

Lain lagi pendapat Dolorosa Sinaga, seorang pematung dengan karya monumentalnya yang berjudul “Solidaritas” dimana menggambarkan sekelompok perempuan berjajar saling menggamit tangan mereka dalam kebersamaan sebagai sebuah kekuatan. Dalam pengalamannya sebagai seniman dan aktivis, beliau memaparkan kendala bahwa medium seni rupa belum dilihat oleh perempuan perupa di Indonesia sebagai alat ekspresi untuk tujuan tertentu kecuali sebagai media ekspresi
pribadi. Hal tersebut pun tidak bisa dipungkiri, sebab dalam praktik kesenian, perempuan masih berkutat dalam persoalan eksistensi. Masyarakat dan ekosistem seni rupa kerap mempertanyakan profesi perempuan sebagai seniman karena dianggap kontra produktif dengan peran normatif mereka di lingkungan sosial dan keluarga sehingga berpengaruh juga dalam produktivitas mereka dalam menghasilkan karya seni maupun dalam memproduksi pemikiran.

Baca Juga :
Kasus Covid Meningkat, PTM di Badung Dihentikan Sementara

Bagi kolektif Futuwonder upaya menyelenggarakan pameran untuk perempuan dan secara lebih khusus mengangkat isu perempuan khususnya di Bali penting dikerjakan secara konsisten. Permasalahan akses adalah perjuangan berkelanjutan, apalagi kenyataannya sebelum dan sesudah reformasi, partriarki masih dilanggengkan. Arah kebudayaan tidak selalu melesat maju, kadang mundur.

“Pameran Seni Rupa sering diadakan, namun cenderung komersial dan tidak ada terobosan-terobosan baru. Pameran seperti Tanda Seru ini masih harus lebih sering
diadakan untuk megakomodir diskursus-diskursus alternatif dan visual tandingan arus utama. Pameran ini juga penting untuk membangun sikap konstruktif dalam berwacana khususnya bagi perempuan perupa,” ungkap Putu Sridiniari salah satu peserta pameran dan anggota kolektif Futuwonder.

Lebih lanjut terkait isu perempuan dalam pameran ini, bisa jadi karya-karya yang hadir ini merupakan confessional, dan kemudian hadir sebagai teks atau narasi baru perempuan yang ditulis oleh perempuan, yang berbeda dengan cara perempuan dipandang dan dikonstruksi dalam budaya patriarki, yang sulit menemukan jalan atas teks jika perempuan tidak saling bertukar cerita dan saling mendengar dalam kelompok. Selama perempuan terisolasi dari perempuan lain dan tidak dibiarkan untuk menawarkan gambaran paling personal dari kehidupannya, perempuan tidak akan menjadi bagian dari narasinya sendiri.

“Narasi yang direpresentasikan para perempuan perupa Tanda Seru! cukup banyak muncul dari realitas yang mereka hadapi dalam lingkungan sosial yang berupa tekanan dan stigma yang dilekatkan terhadap tubuh perempuan, dan itu muncul dalam kekaryaan mereka”, ungkap Ruth Onduko (community manager Uma Seminyak dan anggota kolektif Futuwonder).

Pameran Tanda Seru ini menghadirkan 8 perempuan perupa dengan latar belakang beragam, mereka adalah Aria Gita Indira, Citra Sasmita, Cristine Mandasari, Intan Kirana Sari, Irene Febry, Ni Luh Pangestu Widya Sari, Putu Sridiniari dan Santi Permana. Karya mereka cukup beragam dari eksplorasi medium dan gaya. Ada yang menggunakan lukisan, kolase, rajut, sampai instalasi dengan figur-figur yang menampilkan sisi feminine tetapi juga memberi kesan dan pesan yang provokatif dan berani mengungkap permasalahan perempuan.

Baca Juga :
Dukung KTT ASEAN 9 Pesawat Parking Stand di Bandara Bali, Operasional Lancar

Dalam sebuah bidang kanvas tampak sosok perempuan telanjang dengan dua kepala dililit tali serupa kaktus berwarna merah. Karya ini diberi judul “Potrait of the Others” karya Citra Sasmita. ‘Realitas sosial hari ini, telah menempatkan diri perempuan pada posisi sekunder, sehingga ketika mereka berupaya untuk membebaskan diri dari nilai-nilai yang membelenggunya tersebut, kerap dianggap sebagai pemberontakan dan menimbulkan gesekan sosial”, ungkap Citra.

Ni Luh Pangestu Widya Sari seniman asal Mengwi yang karyanya bermain dengan teknik printmaking melihat perempuan dapat menjadi agen perubahan melalui suaranya ketika ia memiliki kesempatan yang sama untuk didengar. Dalam karya “Mengunci Tubuh” tampak laki-laki dikunci tubuhnya oleh beberapa perempuan. “Saya ingin menyerukan agar perempuan yang mengalami kekerasan seksual dapat mempunyai kuasa atas tubuh, mampu mengendalikan tubuhnya agar tidak dilacuri, dan tidak menjadi terdakwa dalam setiap kasus kekerasan seksual” jelas Pangestu.

Pameran Tanda Seru ini akhirnya menjadi sebuah narasi panjang tentang tubuh perempuan yang hingga saat ini masih terkekang hegemoni patriarki. Karya-karya ke-8
perempuan perupa ini merupakan seruan atas tubuh yang tidak lagi ingin dinegasikan, diobjektifikasi, direduksi menjadi seonggok bagian tertentu yang disemenai oleh “budaya tradisional” kita.

Tubuh yang juga berhak mendapat perlakuan setara, seadil-adilnya atas dasar kemanusiaan. Adanya pameran semacam ini yang dikerjakan oleh perempuan masih cukup relevan dan penting baik di dunia seni rupa dan juga kehidupan kita. Kiranya karya-karya perempuan perupa ini boleh menjadi renungan untuk memahami dan menghargai perempuan sebagai manusia seutuhnya. Simak karya-karya dalam pameran Tanda Seru yang akan dibuka oleh Arahmaiani pada Minggu, 31 Maret 2019 jam 18.00 wita, di Uma Seminyak, Jl. Kayu Cendana No. 1, Seminyak, Bali. Pameran akan berlangsung hingga 13 April 2019 terbuka untuk umum.

Baca Juga :
Dihadiri Gubernur Bali dan Wawali Denpasar, Made Muliawan Arya Dilantik Jadi Ketua Pertina Bali

Editor : Sutiawan

Leave a Comment

Your email address will not be published.