Petugas kesehatan menguburkan jenazah seorang korban tewas akibat virus ebola di Butembo, Kongo, 16 Mei 2019 lalu (foto: dok).
Organisasi Kesehatan Dunia, WHO mengatakan, untuk menanggulangi wabah Ebola di Republik Demokrasi Kongo timur mungkin menelan waktu lama. WHO mengatakan, jumlah kasus Ebola di wilayah yang dilanda konflik itu telah melebihi 2.000 dan lebih dari 1.350 orang telah meninggal.
Sementara jumlah kasus Ebola naik menjadi 2.025, jumlah infeksi baru telah turun menjadi 88 di setiap dua minggu terakhir. Jumlah itu masih tinggi, tetapi telah berkurang sangat besar dibanding rata-rata 126 per minggu pada bulan April.
“Dalam hal ini saya pikir hasilnya terkait dengan upaya. Apakah kita siap untuk melakukan upaya-upaya segera, berkelanjutan, dan komprehensif untuk mengendalikan penyakit ini? Dan, jika kita siap, saya percaya waktunya bisa jauh lebih cepat daripada yang tercatat itu… Ini adalah pelaksanaan yang sangat kompleks dan jika kita kurang efisien dalam menanganinya, kita mungkin akan berurusan dengan wabah ini untuk waktu yang sangat lama,” ungkap Ryan.
Ia mengatakan, 700 pekerja kesehatan di Republik Demokrasi Kongo (DRC) timur membaktikan diri untuk melawan virus Ebola. Ia menambahkan, kemajuan telah dibuat dengan melibatkan diri dalam komunitas dan mengatasi ketakutan serta ketidakpercayaan mereka.
Ryan menambahkan, telah terjadi penurunan yang bermakna pada kasus Ebola di Katwa, yang hanya enam minggu lalu merupakan pusat wabah. Namun, dia mengatakan virus telah marak lagi di wilayah Butembo dan Mabalako.
Ryan mengatakan, orang harus tetap berhati-hati dan waspada, serta mengikuti prosedur untuk menghentikan penyebaran Ebola. Ini termasuk sering mencuci tangan, tidak menyentuh mereka yang terjangkit virus dan tidak menyentuh tubuh mereka yang telah meninggal akibat penyakit tersebut. (ps/lt)
Sumber : VOA Indonesia