Ilustrasi
Setelah beberapa bulan silam merilis single “One Thing”, Truedy hadir kembali dengan karya kedua: “Seperti Senja”. Ada kesamaan antara “Seperti Senja” dengan “One Thing” yaitu tentang orang yang paling berpengaruh di hidup Truedy, Di _single_ paling gres ini Truedy dibebani penyesalan bahwa ia gagal membalas jasa orang yang telah berbuat baik padanya karena orang tersebut telah pergi. Bagai lembayung, sebentar merona indah sebelum malam merekah. Truedy merasakan bahwa orang-orang yang mempengaruhi hidupnya tak selalu ada di sampingnya. “Seperti senja yang indahnya sementara.”
Tembangnya sendiri dikerjakan selama kurang lebih enam bulan. Diproduseri oleh Estu Pradhana, “Seperti Senja” direkam terpisah antara Jakarta dan Bali.
Patut dicermati, kali ini Truedy mengambil langkah yang agak berbeda. Atau boleh juga disebut sebagai progresi: ia memberanikan diri menulis lirik dalam Bahasa Indonesia serta mulai menonjolkan citra lebih dewasa. Pula ia memilih lokasi syuting di tempat yang “ajaib” yaitu di Taman Festival Bali, obyek wisata yang terbengkalai.
Video musik “Seperti Senja” merupakan hasil kolaborasi Truedy dengan sutradara dari Jakarta, Aditya Rangga, dan bakal menjadi _official soundtrack_ dari film _Martabak Bangka_ produksi Manakala Pictures.
Truedy adalah seorang musisi otodidak. Doyan menyanyi sejak kecil saat tinggal di Malang, ia banyak terinspirasi oleh _singer/songwriter_ seperti Tori Amos, Bjork, dan Alanis Morrisette. Namun Diana Krall adalah sosok yang mendorongnya untuk mengakrabi piano seraya tetap menyanyi. Di masa sekarang, tak cuma di Bali, sosok Truedy tergolong unik sebab di belantika nasional sekali pun terhitung jarang biduanita yang memilih jalan karir macam dia: bersenandung seraya bermain piano dan menembangkan baroque pop. (hd)