Makna dan Filosofi Buda Cemeng dan Pemujaan Bhatara Rambut Sedana

ILustrasi-pis bolong
Hari ini Rabu, 20 Nopember 2019 adalah bertetapan dengan Hari Buda Wage Klawu atau Buda Cemeng merupakan hari yang disucikan oleh Umat Hindu. Di mana hampir seluruh  umat Hindu khususnya di Bali pada hari Buda Cemeng ini merayakan hari Pemujaan Bhatara Rambut Sedana. Apalagi, bagi kaum pebisnis, hari Bhatara Rambut Sedana ini wajib disyukuri.
Sebagaimana telah diketahui bersama bahwa Buda Wage Klawu atau Buda Cemeng merupakan hari pemujaan terhadap Bhatara Rambut Sedana atau juga dikenal sebagai Dewi Laksmi, yang melimpahkan kemakmuran dan kesejahteraan. Upacara Buda Cemeng ini jatuh pada hari Rabu Wage wuku Klawu yang diperingati setiap 210 hari atau 6 bulan sekali.
Ditinjau dari Filosofinya  dapat dilihat dalam kekawin Nitisastra IV.7 ada dinyatakan sebagai berikut:  Singgih yan tekaning yuganta kali tan hana lewiha sakeng mahadhana. Tan waktan guna sura pandita widagdha pada mengayap ring dhaneswara.  Artinya: kalau zaman kali sudah datang tidak ada yang lebih bernilai daripada uang. Sudah susah dikatakan para ilmuwan, pemberani, orang suci maupun orang yang kuat semuanya pelayan orang kaya.
Dari sumber Susastra Hindu tersebut di atas dapat dipahami bahwa uang itu pada hakikatnya adalah sarana bukan tujuan hidup. Arta bukanlah satu satunya sarana dan tujuan hidup agama Hindu sebagaiana diketahui Agama Hindu memiliki Empat Tujuan Hidup yang disebut Catur Purusha Arta yang meliputi Dharma, Artha, Kama Dan Moksa. Keempat Tujuan Hidup tersebut harus dilaksanakan berlandaskan Dharma.
Karena begitu berkuasanya uang di zaman Kaliyuga, orang Bali senantiasa diingatkan untuk bisa mengendalikan dirinya dalam memandang, memaknai, memperlakukan serta mencari uang. Saat Buda Cemeng Kelawu, orang Bali disadarkan betapa uang bukanlah segalanya, uang bukanlah dewa. Yang berkuasa atas segala dunia ini adalah Yang Maha Agung, Yang Mahasumber, Yang Maha Pencipta.
Pada Hari Buda Wage Klawu atau Buda Cemeng Orang Bali juga diingatkan untuk mengelola uangnya secara arif dan proporsional. Dalam kitab Sarasamuscaya disebutkan, harta kekayaan, termasuk uang yang didapat hendaknya dibagi tiga. Sepertiga buat memenuhi keperluan hidup (kama), sepertiga buat diinvestasikan atau diputar lagi (arta) sehingga menjadi terus bertambah. Sisanya sepertiga lagi mestilah didermakan, di-yadnya-kan (dharma). Dharma ini mesti diterjemahkan dalam arti yang lebih luas. Tidak hanya untuk kepentingan upacara agama, juga untuk membantu saudara-saudara kita yang kurang mampu, membiayai pendidikan anak-anak miskin.
Buda Cemeng Klawu merupakan hari pemujaan terhadap Bhatara Rambut Sedana 
Dalam lontar Sundarigama disebutkan, Buda Wage Kliwon yang disebut juga Buda Cemeng Kelawu merupakan saat memuja Batari Rambut Sadana, sang Dewi penguasa atas uang. Saat itu diyakini sebagai saat beryoganya Batari Rambut Sadana. Dalam tradisi agama Hindu di Bali, “Batara Rambut Sedana” dipuja sebagai “Dewi Kesejahteraan” yang menganugerahkan harta kekayaan, emas-perak (sarwa mule), permata dan uang (dana) kepada manusia. Kegiatan peringatan “Sri Sedana” yang lazim disebut “Rambut Sedana” merupakan hari raya atau odalan bagi uang maupun nafkah yang telah dianugerahkan Tuhan Yang Mahaesa kepada umat Manusia.
Dilihat dari arti katanya yaitu “Sri” artinya beras, dan “Sedana” artinya uang atau dengan kata lain bagian dari nafkah, maka perayaannya dilakukan di lingkungan rumah tangga dan juga pura di lingkungan desa adat. Bahkan di Pura Besakih yang merupakan pura terbesar di Bali, juga terdapat Pura Rambut Sedana yang merupakan hulu dari Pelinggih Rambut Sedana atau sering disebut Sri Sedana yang ada di merajan keluarga di Bali.
Menurut adat istiadat  umat Hindu di Bali meyakini Ida Betari Rambut Sedana/Dewi Laksmi sedang melaksanakan yoga dan di percaya juga pada hari ini tidak diperbolehkan menggunakan uang untuk hal-hal yang sifatnya tidak kembali berupa wujud barang, misalnya membayar hutang atau menabung, karena dipercaya uang/kekayaan tersebut nantinya tidak dapat kembali selamanya dan menghilang oleh sifat tamak/serakah kita sebagai manusia.
Buda Cemeng Klawu ini lebih banyak dirayakan oleh mereka yang membuka usaha perdagangan di Bali, misalnya pedagang di pasar, toko sembako, pemilik warung, bahkan sampai ke perusahaan-perusahaan yang mengalirkan dana secara cepat dalam menjalankan perusahaan tersebut. Di setiap tempat yang digunakan untuk menyimpan uang diberikan sesajen khusus untuk menghormati Betara Sedana sebagai rasa terima kasih atas pemberian-Nya.
Sarana yang dihaturkan pada rahina Buda Cemeng Klawu, biasanya berupa canang sari, banten pejati, maupun bebantenan tumpeng 7 disesuaikan denga desa, kala, patra dan desa mawacara di masing – masing pakraman dan kemampuan umat masing – masing.
Dikutif dari berbagai sumber. Apabila pengetahuan ini disebarkan kepada masyarakat, berarti karma yang kita dapatkan akan berlipat ganda.  Semoga tulisan ini bermanfaat.
Baca Juga :
Harga Beras Meroket, Kadis Perdagangan Akan Berkordinasi dengan Bulog

Leave a Comment

Your email address will not be published.