Ular Masuk Pemukiman, Jangan Diganggu

Seorang pawang luar bermain-main dengan seekor ular tikus dalam pameran Flora dan Fauna di Jakarta, 8 Agustus 2006 (Foto: Reuters/Beawiharta)

 

Ular kobra dalam sepekan terakhir banyak muncul di pemukiman di kota-kota di Pulau Jawa. Bagaimana sebaiknya jika warga menemukan ular?

Ular-ular ini, yang kebanyakan berupa anakan, muncul di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Jawa Timur.

Di Jawa Barat, laporan warga terkait kemunculan ular datang dari 8 kota, antara lain Tasikmalaya, Depok, Bogor, dan Bandung. Rata-rata ular muncul di perumahan yang dekat dengan kebun.

Nathan Rusli dari Ciliwung Herpetarium di Bogor mengatakan ular mulai kehilangan habitat aslinya. Akibatnya sejumlah ular mencoba beradaptasi dengan lingkungan baru.

“Jadi ular masuk ke rumah manusia itu sebetulnya kebalikannya ya. Memang ular itu kan dulu itu habitatnya hutan. Yang dulunya hutan atau rawa atau habitat apapun itu dirusak menjadi perumahan,” jelasnya ketika dihubungi VOA.

Ketua Pusat Reptil Ciliwung ini menambahkan, kelahiran anakan ular merupakan siklus alami saat musim hujan.

“Memang untuk jenis-jenis ular itu beda musim kawin dan beranaknya. Memang sekarang sekarang ini musim kawin si ular kobra, jadi itulah kenapa banyak ditemukan anak-anak ular,” jelas dia lagi.

Dalam catatan Ciliwung Herpetarium, ular kobra (Naja sputatrix) memiliki bisa dan umum ditemukan di Pulau Jawa. Ular ini punya variasi warna yakni hitam/abu-abu di Jawa Barat, dan coklat/krem di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Spesies ini tinggal di hutan dataran rendah dan dapat beradaptasi di sawah atau kebun.

Seorang pawang memegang Raja Kobra sepanjang empat meter sebelum dilepaskan di hutan lindung di Provinsi Krabi, Thailand, 13 Oktober 2019. (Foto: Krabi Pitakpracha Foundation via Reuters)
Seorang pawang memegang Raja Kobra sepanjang empat meter sebelum dilepaskan di hutan lindung di Provinsi Krabi, Thailand, 13 Oktober 2019. (Foto: Krabi Pitakpracha Foundation via Reuters)

Selain faktor habitat, ujar Nathan, faktor kebersihan rumah juga berpengaruh. Rumah yang kotor akan mengundang tikus dan pada gilirannya mengundang ular.

Baca Juga :
Update Kasus Covid-19 di Denpasar, Hari ini Kasus Sembuh Bertambah 27 Orang, Kasus Positif Bertambah 24 Orang

“Kalau rumahnya berantakan, kotor, itu banyak tikus. Jadi itu salah satu penyebab dia datang juga, karena dia mencari tikus untuk dimakan. Dia mencari tempat bersembunyi, jadi tumpukan kayu itu tempat bersembunyi,” tambah Nathan lagi.

Jangan Ganggu Ular

Di berbagai kota, warga menghubungi petugas pemadam kebakaran untuk mengevakuasi ular. Petugas pun berhasil membawa ular itu dan tidak ada warga yang terluka.

Namun di Depok, Jawa Barat, seorang anak 8 tahun dilaporkan terkena gigitan ular. Dia dibawa ke rumah sakit, Rabu (18/12/2019) setelah diduga berupaya memasukkan ular ke dalam botol.

Nathan mengingatkan, jika menemukan ular di rumah, jangan coba menangkapnya. Sebaiknya laporkan kepada profesional.

“Jadi sebaiknya jangan dipegang, jangan coba kita pukul juga. Karena kalau kita pukul dia merasa terancam. Kemungkinan tergigitnya akan semakin besar. Sebaiknya didiamkan saja, dilihat, diamati dari jarak yang aman. Kemudian coba untuk hubungi pemadam kebakaran,,” jelas dia.

Namun kalau menemukan ular di kebun atau sawah, sebaiknya dibiarkan sampai ular itu pergi.

Senada, Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Jawa Barat, mengimbau warga tidak mengganggu ular.

Kepala Seksi Perencanaan, Perlindungan, dan Pengawetan BKSDA Jabar Rifki MS juga meminta warga tidak mencoba membunuh reptil tersebut.

“Kalau ada di pemukiman ya kita halau, bukan untuk dibunuh. Itu hukum alam. Dia ada di rantai makanan ya, dia kan makan tikus yang jadi hama. Yang di pemukiman itu, kita giring ke habitatnya di perkebunan atau di ladang,” terang Rifki saat dihubungi terpisah.

BKSDA sudah menerima ular-ular yang dievakuasi dari pemukiman warga.

Ular memakan seorang warga di Desa Salubiro, Sulawesi. (Foto: AFP)
Ular memakan seorang warga di Desa Salubiro, Sulawesi. (Foto: AFP)

Meski belum menghitung jumlah pastinya, Rifki mengatakan mayoritas ular yang diterima adalah jenis sanca kembang.

Baca Juga :
Dana Pusat “By Proses”, Putu Parwata Pastikan Sistem “Real Time” Dongkrak PAD Badung

Ular yang diterima akan dilepasliarkan ke alam bebas. Namun ular yang terluka akan dirawat dulu di pusat konservasi.

“Kita titipkan di Bonbin atau di lembaga konservasi lainnya. Sampai sehat, nanti kalau sudah sehat kita lepas liarkan,” jelasnya lagi.

Ular akan dilepas-liarkan di wilayah Kamojang dan Kareumbi, keduanya tak jauh dari Kota Bandung. [rt/em] (VOA)

Leave a Comment

Your email address will not be published.