Perang Melawan Covid-19, Menggugah Spirit Pahlawan Gagah dan Berani Manusia Bali

Oleh: I Gde Sudibya
Covid-19: Corona virus disease, yang oleh para peneliti diberikan kode 19 dan disyahkan oleh WHO, telah merambah luas secara cepat ke seluruh dunia. Dalam waktu 4 bulan telah menjangkiti sekitar 3 juta umat manusia di bumi, di lebih dari 195 negara  dengan korban kematian sekitar 200 orang ribu, belum termasuk kelompok OTG, ODP, dan PDP.
Korbannya begitu besar yang tidak bisa dihitung nilainya – unlimited values for human being , kematian manusia bukanlah angka stastistik, maknanya sangat dalam  dari sisi-sisi kemanusiaan. Dampak ekonominya sangat besar, luas, dan nyaris berlangsung seketika di tingkat global, nasional, lokal dan menusuk ” jantung ” ekonomi rumah tangga warga negara.
Lembaga perekonomian dunia IMF memperkirakan ekonomi global akan tumbuh negatif 3 %. Menteri Keuangan kita: Ibu Sri Mulyani pada skenario terburuk, diproyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh negatif pada pusaran 0.4 %. di tahun ini. Bisa dibayangkan dampaknyanya terhadap ekonomi nasional, yang tadinya diskenariokan bisa tumbuh pada pusaran 5 %, karena pandemi ini, menukik tajam menjadi minus 0.4 %.
Sementara ILO memperkirakan jika pandemi terus berlangsung sampai dengan akhir Juni 2020, diperkirakan di seluruh dunia akan terjadi pengangguran yang jumlahnya ratusan juta orang, terutama pada industri: pariwisata, manufaktur, perdagangan dan jasa.
Untuk kita di Indonesia, menurut sebuah lembaga survey ekonomi, dalam angka moderat, pandemi ini akan menambah pengangguran pada pusaran 8 juta orang. bersambung.

Strategi Perang Melawan Covid-19
Layaknya strategi perang kita harus mengenal betul musuh kita ini, yang ukurannya sangat kecil, hanya beberapa nano (menurut akhli ukurannya diperkirakan: 300 micro meter, ada predeksi karena sudah sampai pada virus yang menyebar di udara/ airborne desease , ukurannya bisa lebih kecil dari 1 micron ).
Virus ini tidak kasat mata, hanya bisa diamati lewat mikroskop di ruang-ruang laboratorium. Dari pubilkasi resmi dari Laman Satuan Tugas Nasional Penanggulan Pandemi Covid-19 diperoleh informasi: kalau disederhanakan: kekuatan daya rusak dari virus corona ini merupakan gabungan dari virus Sars yang dapat merusak paru-paru, dengan virus yang melahirkan HIV/AIDS yang menghancurkan daya tahan tubuh.
Masih menurut akhli, dalam rumusan sederhana untuk dapat diketahui umum akan daya rusak dari virus ini dalam persamaan, Covid-19 = Sars + HIV AIDS. Riset-riset terbaru mengindikasikan, daya rusak virus ini tidak menyerang paru-paru, tetapi juga organ-organ tubuh yang  lain.
Sudah tentu, kita ingin mendengar dan membaca ulasan para akhli virus tentang musuh bersama kita  ini. Yang ingin disampaikan dalam tulisan ini, meminjam ungkapan iklan sebuah produk konsumen: ” jangan main-main dengan virus corona ini “.
Strategi Perang di Pulau Bali
Untuk mengetahui ” medan pertempuran ” riil yang dihadapi mari kita simak info berikut ini. Rapid test massal pertama di Kabupaten Buleleng, tanggal 30/4 dengan jumlah peserta 931 orang, positif 72 orang setara dengan 7.7 %.
Selanjutnya Rapid test di Desa Abuan Bangli, dengan peserta diperkirakan berjumlah sekitar 1200 orang, dan jumlah yang reaktif diperkirakan sekitar 400 orang setara dengan: 33.3%.  Diberitakan bahwa Banjar Serokadan, Desa Abuan langsung diisolasi.Dari pengambilan berita secara random di atas ( belum mewakili populasi ), memberikan indikasi awal berupa “musuh” ini begitu dekat di hadapan kita dengan risiko besar yang menyertainya.
Mari kita coba perkirakan ” daya rusak ” virus ini dalam 2 dan 3 minggu ke depan, yang diprediksikan oleh para akhli sebagai puncak pandemi. Menggunakan data: jumlah orang yang positif terpapar per tanggal 1/5, yang dimuat di Harian Jawa Post dan Radar Bali 2/5.Total positif secara nasional: 10,551 orang, untuk Bali: 235 orang.
Persentase untuk Bali secara nasional: 2.2 %. Mari kita gunakan proyeksi jumlah orang yang positif di masa puncak pandemi, dengan estimasi dari ketua tim akhli nasional penanggulan sebanyak: 95 ribu orang.
Dari akhli epidemiologi dan biostatistik FKM.UI diberitakan estimasinya: 180 ribu orang. Dengan asumsi: pertumbuhan orang terpapar di tingkat nasinal sama dengan pertumbuhan di Bali, maka secara statistik sederhana, dapat dipredisikan orang yang positif di Bali di pertengahan atau minggu ke 3 bulan ini menjadi dua.
Pertama, berdasarkan estimasi tim akhli: 2.2%  × 95 ribu orang = 2.090 orang, setara dengan 8.8 kali lipat jumlah kasus positif tanggal 1 Mei 2020. Kedua, berdasarkan pemodelan para akhli epidemiologi dan  bio statistik FKM.UI: 2.2 % × 180 ribu orang = 3960 orang, setara dengan 16.8 kali jumlah kasus positif tanggal 1 Mei 2020.
Dalam pertempuran ini, diprediksi korbannya begitu besar, tantangan bagi ” tentara” dalam tim penanggulangan, menyebut beberapa diantaranya, pertama menegakkan secara keras aturan protokol: jaga jarak, pakai masker, cuci tangan, jaga stamina tubuh, terutama di pasar-pasar dan tempat umum lainnya.
Kedua, lakukan sesegara mungkin  minimum lock down ( karantina terbatas ) model di Banjar Serokadan, Desa Abuan Bangli pada desa atau banjar yang potensi risikonya sangat tinggi.
Ketiga, perketat pengawasan tempat-tempat isolasi mandiri, untuk meminimalkan ketidakdisiplinan yang berakibat meningkatnya transmisi lokal. Keempat, ganti himbauan dengan penegakan aturan hukum yang tegas, rule of law sesuai aturan yang ada.
Kelima, siapkan sesegara mungkin sistem penunjang kesehatan yang handal dengan merekrut relawan yang punya kapasitas dan kemampuan yang relevan. Keenam, pemenangan peperangan ini at all cost, tidak ada alasan keterbatasan dana, dan libatkan krama Bali secara penuh yang punya tradisi  meyadnya dalam perjalanan panjang sejarahnya. Dengan catatan ada transparansi dan nantinya pertanggungan jawabnya.
Ketujuh,  tunjukkan krama Bali punya semangat Puputan, tidak hanya cerita masa lalu, seperti yang diteladankan oleh Jro Jempiring, istri dari Patih pemberani  I Gusti Ngurah Jelantik,  dalam peristiwa Puputan Jaga Raga yang berani mencabut keris dan merobek perjanjian dengan Belanda di hadapan serdadu Belanda. Keberanian legendaris I Gusti Ngurah Rai dkk. dalam puputan Margarana, 20/11/1946. Kecerdasan, keberanian dan visi politik beliau tentang paham kebangsaan yang ” terukir indah: dalam surat kesatria pembrani ini .beberapa hari sebelum beliau dan pasukannya gugur di medan perang dan darahnya membasahi Ibu Pertiwi yang sangat dicintainya.
Tentang Penulis
I Gde Sudibya, ekonom,  berpengalaman lebih dari 25 tahun sebagai konsultan ekonomi dan manajemen termasuk  manajeman krisis dan manajemen  perubahan ( change management ).  Pengamat kecendrumgan masa depan ( trend watcher ), dan penulis epilog dalam buku: ” Baliku Tersayang, Baliku  Malang, Potret Otokritik Pembangunan Bali Satu Dasa Warsa “, ( 80 ‘an ).
Baca Juga :
Wabup. Suiasa Terima Audiensi Perwakilan Sekaa Teruna Desa Bongkasa

Leave a Comment

Your email address will not be published.