Ganjar Ajak Masyarakat Gotong Royong Hadapi Krisis dari Desa

Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) KAGAMA, Ganjar Pranowo.

 

Balinetizen.com,JAKARTA–

Ketua Umum Pengurus Pusat (PP) KAGAMA, Ganjar Pranowo, mengatakan Pandemi Covid-19 menimbulkan ketidakpastian dan dampak sosial yang perlu dicarikan solusi yang tuntas dan segera. Sebab ternyata banyak masalah rumit yang ada di dalamnya. Seperti terkait bantuan dana, tidak semua warga bisa mendapatkan bantuan karena anggaran negara memang memiliki keterbatasan.

Selain soal keterbatasan bantuan, problem yang muncul di lapangan, kata Ganjar, adalah soal distribusi bantuan yang tidak merata. Ini terjadi karena belum tersedia data penerima bantuan yang valid. Data yang valid ini amat dibutuhkan untuk memastikan bantuan sosial merata dan tepat sasaran.

“Sekarang ini kita mikir-mikir kalau bantuannya terbatas dan tidak merata serta pandeminya tidak segera berakhir, tentu saja ini menimbulkan ketidak-pastian. Lalu (kekuatan) apa yang ada? Saya mikir yang ada adalah kekuatan desa, kekuatan komunitas, dan ekosistem yang sudah terbangun di sana” ujar Ganjar

Dengan pendekatan sosiologis yang bagus, kultural yang bagus, kata Ganjar, relasi antar kelompok kepentingan di level desa dapat menyusun konsensus sendiri.

“Karenanya kita butuh pendamping di desa. Saya senang sekali kemarin diminta untuk melepas mahasiswa KKN UGM ke lapangan. Inklusifitas di desa bisa kita dorong”, imbuh Ganjar.

Hal tersebut Ganjar sampaikan dalam webinar bertajuk Desa Inklusif: Basis Solidaritas Bangsa pada Kamis (2/7/2020). Selain Ganjar, hadir dalam webinar tersebut Sekretaris Jenderal PP KAGAMA, Arie Dwipayana; Sekjen Kemendes PDTT/ Wakil Ketua Umum II PP KAGAMA, Anwar Sanusi; serta para narasumber Bito Wikantosa (Kabid Organisasi dan Sosial KAGAMA Prodesa, Direktur PSD Kemendesa PDTT); Andi Wahyuli (Kepala Desa Mallari, Kab. Bone, Sulawesi Selatan); Arie Sujito (Ketua Departemen Sosiologi UGM); Ade Siti Barokah (Pengurus KAGAMA, Pegiat Desa Inklusif The Asia Foundation).

Baca Juga :
Survei: Elektabilitas Ganjar lebih unggul daripada Prabowo

Gubernur Jawa Tengah ini bercerita, di Jawa Tengah pihaknya menginisiasi adanya Jogo Tonggo. Yakni gerakan gotong-royong yang dilakukan masyarakat untuk saling menjaga satu sama lain dalam hal penerimaan bantuan dari pemerintah.

Hal itu, kata Ganjar, efektif untuk mengawal bantuan dari pemerintah agar sampai pada pihak yang berhak. Keterlibatan masyarakat desa secara aktif juga dirasakan Ganjar pada program canthelan yang diinisiasi KAGAMA. Gerakan ini, kata Ganjar, sudah mulai ditiru di tingkat desa.

“Kemarin saya temukan di Temanggung, seorang ibu, beliau asisten rumah tangga yang bosnya jualan sayuran.”

“Yang bikin saya terenyuh itu, si ibu nyumbang kacang panjang, bayem, kangkung, kubis, lombok. Semua disumbangkan. Lalu si ibu saya undang, kenapa ibu mau nyumbang? Mohon maaf, apa ibu tidak butuh?”

“Beliau jawab, kasihan, Pak, kalau ada yang lapar. Ini pahala. investasi akhirat,’” kata Ganjar menirukan percakapan.

Menurut Ganjar, nilai-nilai yang berkembang di desa tersebut sangat penting dan perlu terus didorong menjadi modal sosial untuk kebaikan bersama.

“Maka kawan-kawan pendamping desa, pendamping lokal, tokoh masyarakat, karang taruna, ini kekuatan yang sangat dahsyat.”

Di samping itu, Ganjar menyebut bahwa dunia saat ini sudah mulai menghentikan ekspor bahan makanan.

“Ini sebenarnya lonceng buat kita. Yuk kita gerakkan ketahanan pangan di level desa, kedaulatan pangan di level desa,” ajaknya.

Ganjar juga mengajak masyarakat untuk mulai menggalakkan kebiasaan baru dalam mengatur menu makanan. Yakni dengan memanfaatkan bahan-bahan yang ada di sekeliling.

Misalnya, nasi bisa dipadukan dengan umbi-umbian, sagu dengan beras, dan seterusnya.

“Ini kan soal daulat pangan. Ini soal perut kita yang bisa kita kontrol sendiri. Selama ini kan tubuh kita makan makanan olahan semacam mie instan. Padahal kala kita makan fresh food, tubuh kita bisa lebih sehat,” pungkasnya.

Baca Juga :
Refleksi Raina Anggarkasih Medangsia : Tantangan Kepemimpinan Bali ke Depan, yang Sehat bukan yang "Sakit"

Leave a Comment

Your email address will not be published.