Bupati Hadiri Puncak Karya Nyekah Kinembulan Desa Adat Sibangkaja

Bupati Giri Prasta saat menghadiri Puncak Karya Nyekah Kinembulan Desa Adat Sibangkaja, Kecamatan Abiansemal, Selasa (5/10).

Balinetizen.com, Mangupura

Bupati Badung I Nyoman Giri Prasta menghadiri Puncak Karya Nyekah Kinembulan Desa Adat Sibangkaja, Kecamatan Abiansemal, Selasa (5/10). Dalam kesempatan tersebut Bupati didampingi, Kadis Kebudayaan Gede Eka Sudarwitha, Camat Abiansemal IB Putu Mas Arimbawa, Bendesa Adat Sibangkaja I Made Ciriartha, Perbekel Sibangkaja Ni Nyoman Rai Sudani serta tokoh masyarakat setempat. Guna mendukung karya tersebut Bupati menyerahkan dana punia sebesar Rp. 100 juta, secara pribadi Bupati juga mepunia 20 juta.

Bupati Giri Prasta menyampaikan apresiasi atas terlaksananya karya mamukur kinembulan di Desa Adat Sibangkaja. Hal ini telah sesuai dengan sastra-sastra agama Hindu. Bupati juga berterima kasih kepada panitia karya, bendesa adat, perbekel serta Camat yang telah bersinergi sehingga karya ini terlaksana dengan baik dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Bupati menjelaskan, karya mamukur kinembulan artinya nyekah secara bersama-sama. Diharapkan kedepan di Desa Adat Sibangkaja juga melaksanakan upacara manusa yadnya seperti metatah, mepetik dan metelubulanan. Lebih lanjut dijelaskan, bahwa karya pitra yadnya memukur kinembulan berawal dari adanya upacara ngaben, dan karya ini sebagai wujud mengantarkan atma menuju surga. Disebutkan, dalam karya nyekah ada prosesi upacara ngangget don bingin dan murwa daksina. Pada upacara murwa daksina, dengan menggunakan sapi gading sebagai lambang dewa siwa yang akan mengantarkan atma menuju surga. Selanjutnya meajar-ajar ataupun nyegara gunung. Ini yang disebut catur loka pala. Bila meajar-ajar ke arah Utara menuju Beratan, ke Barat menuju Batukau, arah Selatan ke Uluwatu dan arah Timur ke Goa Lawah. Terakhir yang terpenting yaitu pada saat ngelinggihang puspa di merajan rong tiga. “Pada saat ngelinggihang disebut dewa pratista, menyatukan bumi dengan langit. Bila rong tiga menghadap ke Barat, puspa yang lanang melinggih di sebelah Selatan, yang istri melinggih di sebelah Utara. Ini adalah konsep padu muka, dimana dik (lanang), bhataranya Brahma tempatnya di Selatan dan widik (istri) bhataranya Wisnu tempatnya di Utara dan di tengah-tengah Siwa Guru,” jelasnya.

Baca Juga :
PBNU dukung KPK buka kembali kasus "Kardus Durian"

Prawartaka Karya Ida Bagus Putu Widnyana atas nama krama Desa Adat Sibangkaja menyampaikan, terima kasih atas kehadiran serta bantuan dana dari Bupati dan Pemkab. Badung untuk mendukung karya ini. Karya nyekah kinembulan sudah merupakan program desa adat yang akan dilaksanakan bila sawa sudah lebih dari 40 sawa atau sudah lima tahun. “Karya Nyekah ini kami rencanakan tahun 2020 lalu, namun karena adanya wabah covid-19, baru bisa terlaksana tahun 2021 ini,” jelasnya. Di masa pandemi, pihaknya tetap berupaya mematuhi protokol kesehatan yang ketat guna mencegah penyebaran covid-19.

Nyekah kinembulan kali ini diikuti 88 sawa, terdiri dari 50 sawa lanang dan 38 sawa istri dari 7 banjar di Desa Adat Sibangkaja. Mengenai biaya bersumber dari masing-masing sawa dikenakan sebesar 4 juta, juga bantuan dana dari desa adat, desa dinas dan dana punia dari para donatur, termasuk bantuan dari Bupati Badung dan DPRD Badung. Mengenai dudonan karya telah dimulai sejak sebulan yang lalu. Puncak karya pada anggara wage gumbreg, 5 Oktober 2021. “Besok akan dilanjutkan dengan upacara nyegara gunung ke Pura Goa Lawah, matur-atur ke Pura Dalem Gede serta ngelinggihang di masing-masing Merajan,” imbuhnya. (RED-MB)

Leave a Comment

Your email address will not be published.