Tingkatkan Pengetahuan Petani Melalui Workshop Nasional Kakao

Acara Workshop Konsolidasi Nasional untuk Fermentasi Biji Kakao bertempat di Hotel Puri Dajuma Desa Pekutatan, Kamis (7/4).
Balinetizen.com, Jembrana-
Guna meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap petani dalam pengelolaan usaha tani kakao, Pemerintah Kabupaten Jembrana bekerjasama dengan Konsorsium (Rainforest Alliance, Rikolto, Valrhona, dan Kalimajari) menyelenggarakan Workshop Konsolidasi Nasional untuk Fermentasi Biji Kakao bertempat di Hotel Puri Dajuma Desa Pekutatan, Kamis (7/4).
Acara workshop dihadiri Kepala Dinas Pertanian dan Pangan I Wayan Sutama mewakili Bupati Jembrana, Ketua Komisi II I Ketut Suastika Yasa mewakili Ketua DPRD Jembrana, Direktur Rainforest Alliance, Perwakilan Rikolto dari Belgia International NGO (non governmental organization), Perwakilan Valrhona sebagai pembeli biji kakao permentasi dan produsen coklat bermutu tinggi, Direktur NGO Kalimajari Bali, serta utusan Pemerintah Daerah dari Kabupaten Sikka, Ende, Kolaka Timur, Luwu Utara dan Poso.
Kabupaten Jembrana telah berhasil melakukan ekspor biji kakao permentasi yang bermutu sangat baik, upaya-upaya yang telah dilakukan petani kakao Jembrana tersebut akan disharing kepada utusan Pemerintah Daerah Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sulawasi yang hadir. Harapannya, apa yang telah dinikmati petani kakao Jembrana saat ini dengan harga jual yang bagus dan mutu yang sangat baik juga bisa dinikmati oleh petani kakao di NTT dan Sulawesi.
Pemerintah Kabupaten Jembrana menjadi keterwakilan Pemerintah Indonesia dalam keseriusan meningkatkan mutu biji kakao, tidak hanya berkomitmen tapi juga memberikan dukungan nyata bagaimana pengembangan kakao yang ada di Jembrana. Ditarget 13.600 petani dan keluarganya yang di wilayah NTT dan Sulawesi dapat ditingkatkan pendapatannya yang bisa diperoleh dari peningkatan produksi, peningkatan harga dengan juga peningkatan mutu. Dari hasil workshop ini, diharapkan nantinya akan banyak varian kakao yang unik rasanya muncul menjadi produk kakao spesial hanya diproduksi dari daerah tersebut. Sehingga, semua buyer (pembeli) kakao berburu dan ketika buyer berburu artinya harga akan semakin bersaing.
Bupati Jembrana I Nengah Tamba dalam sambutannya yang dibacakan Kepala Dinas Pertanian dan Pangan I Wayan Sutama menyampaikan rasa syukurnya atas terlaksananya kegiatan ini dan dukungan intensif kepada petani kakao Jembrana, “Kami ingin menyampaikan rasa syukur kami, bahwa saudara-saudara semuanya tetap berkomitmen untuk memberikan dukungan dalam bentuk bimbingan dan pendampingan secara intensif terkait dengan budidaya komoditi kakao di Kabupaten Jembrana,” terang Sutama.
Dijelaskan, melalui workshop ini, dapat dijadikan moment strategis dalam pengembangan sektor perkebunan dalam arti luas berdasarkan masalah yang dihadapi oleh petani kecil. “Kami harapkan benar-benar dapat dijadikan moment strategis bahwa kita tidak berjuang sendiri. Kita berjuang bersama-sama agar tujuan kegiatan ini adalah untuk menyampaikan pesan dan alih teknologi informasi kepada pemerintah daerah dan pemangku kepentingan lainnya memahami dengan baik implementasi dan strategi dalam pengembangan sektor perkebunan dalam arti luas berdasarkan masalah yang dihadapi oleh petani kecil, dapat terlaksana dengan baik dan mampu memberikan manfaat kepada kita semua.” kata Sutama.
Sementara Country Director Rainforest Alliance Putra Agung ditemui seusai acara pembukaan menyampaikan fokus dalam kegiatan ini adalah belajar bersama antar daerah daeri berbagai macam pengalaman yang dihadapi di lapangan dan mendorong permentasi biji kakao. “Sebenarnya fokus dalam kegiatan hari ini itu cross learning (belajar bersama) karena kita punya areal berbeda-beda dari tiga provinsi ada di Bali, NTT dan Sulawesi, dan berbagai macam pengalaman yang ditemukan di lapangan dalam mendorong permentasi biji kakao,” ujar Putra.
Terkait harapan mengenai perkembangan produk kakao, Putra mengungkapkan harapannya tentang peningkatan mutu dengan upaya penerapan good agricultural practice yang bisa menekan biaya produksi sehingga keuntungan yang diperoleh petani semakin tinggi, “Harapan kami adanya peningkatan mutu sehingga kakao kita lebih dihargai lagi di pasar global. Untuk peningkatan mutu tentunya harus ada upaya, kita mendorong untuk bersama-sama berupaya bagaimana peningkatan mutu itu bisa terjadi dan bagaimana kemudian penerapan good agricultural practice itu bisa menekan biaya produksi sehingga margin keuntungan besar itu ada di petani dan yang paling penting adalah bagaimana nilai mutu dari biji kakao itu bisa ditingkatkan lewat fermentasi.” pungkasnya.
Pewarta : Komang Tole
Baca Juga :
Fraksi Badung Gede Apresiasi kebijakan Pemkab Badung Salurkan BLT Rp 300 Ribu Per-KK

Leave a Comment

Your email address will not be published.