Balinetizen.com, Jembrana
Untuk bisa ke sekolah, beberapa pelajar harus menyeberangi sungai. Karena jembatan Sekarkejula di Desa Yehembang Kauh putus setelah diterjang banjir bandang beberapa hari lalu.
Jembatan Sekarkejula menghubungkan dua desa di Kecamatan Mendoyo yakni Desa Yehembang dengan Desa Yehembang kauh.
Pelajar terpaksa menyebrang sungai karena jalan alternatif menuju SMPN 3 Mendoyo dan SDN 7 Yehembang sangat jauh. Pelajar harus melewati jalan Sekarkejula Kelod menuju Banjar Jati. Kemudian ke Banjar Kaleran, selanjutnya ke Banjar Wali terus ke Banjar Bale Agung di Desa Yehembang sebagai lokasi sekolah.
Pelajar ke sekolah menyeberangi sungai bukan tanpa resiko. Karena banjir bisa saja terjadi sewaktu waktu terlebih belakangan Jembrana kerap diguyur hujan deras.
Made Pradnya Alit, salah seorang tokoh masyarakat Desa Yehembang Kauh mengatakan jembatan putus sangat berdampak terhadap aktifitas warga dan perekonomian. Karena dipastikan warga kesulitan untuk mengangkut dan menjual hasil bumi. “Jalan lain ada, tapi jaraknya jauh sehingga memerlukan biaya angkut lebih besar. Mudah-mudahan bisa segera dibangun” harapnya.
Jembatan putus disebutnya akan sangat menggangu jika ada warga mengalami kedukaan (meninggal dunia) Karena setra (kuburan) ada di seberang sungai.
Kelian Banjar Sekarkejula Kelod I Nyoman Supardi menyampaikan akibat jembatan putus banyak pelajar dari Banjar Sekarkejula harus menyeberang sungai untuk menuju ke sekolah di Desa Yehembang. “Disini banyak anak-anak sekolah disana. Mudah-mudahan segera dibangun kembali” ujarnya
Kepala Pelaksana BPBD Jembrana Putu Agus Artana Putra mengatakan penanganan jembatan Sekarkejula saat ini sudah dalam tahap kajian dari pihak PUPR.
“Penanganan jembatan Sekarkejula menjadi skala prioritas. Kasihan banyak anak-anak harus ke sekolah menyeberangi sungai. Nanti jalan juga diperbaiki” ujarnya. (Komang Tole)