Foto: Tokoh masyarakat Desa Tibubeneng, I Wayan Wartana, yang juga caleg DPRD Badung dari Partai Hanura nomor urut 1 dapil 6 Kecamatan Kuta Utara.
Badung, Balinetizen
Pariwisata Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara tengah berkembang pesat. Namun diharapkan pariwisata yang terus bergeliat tidak malah meminggirkan masyarakat lokal apalagi sampai menghilangkan kearifan lokal.
“Meski sebagai desa wisata internasional dengan kencangnya arus globalisasi namun kami masih tetap kokoh menjaga dan menjalankan adat, budaya, agama, tradisi, seni dan budaya secara turun temurun,” kata tokoh masyarakat Desa Tibubeneng, I Wayan Wartana, saat ditemui di rumahnya di Banjar Tandeg, Desa Tibubeneng, Rabu (3/4/2019).
Pria yang juga caleg DPRD Badung dari Partai Hanura nomor urut 1 dapil 6 Kecamatan Kuta Utara ini menambahkan kearifan lokal harus terus dijaga dan dilestarikan. Potensi lokal, SDM lokal, harus digerakkan menjadi sebuah kekuatan positif bagi warga desa sehingga punya daya saing yang kompetitif.
“Saya melihat Desa Tibubeneng punya potensi alam dan sumber daya manusia yang bisa mensejahterakan kehidupan warganya. Ke depan peningkatan daya saing akan terua digalakkan tanpa harus mengesampingkan kearifan lokal desa kami,” ucap Anggota BPD Desa Tibubeneng dan Wakil Bendesa Adat Tandeg ini.
Wartana yang juga Ketua MGPSSR Desa Tibubeneng ini berharap kemajuan pesat Desa Tibubeneng karena pariwisata, tidak lantas merubah tatanan kehidupan masyarakat lokalnya yang berbasis kepada konsep menyama braya dan gotong royong berdasar Tri Hita Karana.
Hubungan antara sesama, hubungan dengan lingkungan, dan hubungan dengan Tuhan harus berjalan sinergis menuju keharmonisan dan kondusifitas Desa Tibubeneng.
“Adat, budaya, tradisi, seni dan budaya akan terus dikuatkan dan dijaga kelestariannya ditengah pesatnya pariwisata di desa kami,” tegas Wartana yang juga Pengurus KNPI Badung dan Pengurus Aspeksindo Bali ini.
Seperti diketahui, Desa Tibubeneng, Kecamatan Kuta Utara, Kabupaten Badung, merupakan sebuah desa yang kini bertumbuh dan berkembang semakin pesat karena pariwisata. Villa, hotel, restauran, dan berbagai jenis akomodasi wisata lainnya tumbuh subur bak jamur di musim hujan.
Dikutip dari profil Desa Tibubeneng, bahwa kata Tibubeneng berasal dari kata Tibuan yang artinya bulakan atau sumur, dan Neng artinya tidak ada air atau kering. Kata Tibuan dan Neng menjadi Tibubeneng dan dijadikan nama Banjar serta Desa Tibubeneng sampai saat ini.
Desa Tibubeneng dulunya bergabung dengan Desa Canggu. Namun pada tahun 1997, berdasarkan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tk I Bali No. 408 Tahun 1997 Tentang Penetapan Desa-Desa Persiapan di Kab. Dati II Badung dan Tabanan, terjadi pemekaran. Desa Canggu dan Desa Tibubeneng kemudian berdiri sendiri.
Desa Tibubeneng kini telah mengalami banyak perubahan. Sebagai kawasan pariwisata internasional, desa dengan jumlah penduduk 10.525 jiwa pada data tahun 2017 menjadi desa yang maju. Namun di lain sisi, Desa Tibubeneng tentu juga dihadapkan oleh beragam permasalahan yang sosial kemasyarakatan dan juga lingkungan. (wid)