Science Film Festival kembali hadir dalam edisi ke-10 dengan tema “Humboldt dan Jaring Kehidupan”

Festival internasional ini kembali hadir dalam edisi 2019 dan siap mengunjungi 51 kota di seluruh Indonesia mulai 22 Oktober hingga 24 November 2019.

Tokoh multitalenta Jerman Alexander von Humboldt merevolusi konsep alam dengan melakukan pendekatan ilmiah terhadap alam sebagai jaring kehidupan yang saling terkait, dan mengilhami tidak terhitung banyaknya saintis, ahli lingkungan, penulis dan seniman. Pada peringatan hari ulang tahun ke-250 Humboldt, sudut pandang tersebut kini lebih dibutuhkan dibanding kapan pun sebelumnya.

Perlu ada kesadaran bahwa segala sesuatu itu saling terhubung dan bahwa kerusakan yang ditimbulkan di satu tempat selalu membawa implikasi di tempat lain dan juga bagi keadaan secara keseluruhan. Barangkali ini dapat mendorong kemunculan berbagai alternatif dalam bentuk pemikiran sistem keseluruhan dan upaya pemulihan alam. Rasa hormat Humboldt bukan saja kepada alam berikut keajaiban yang terkandung di dalamnya, tetapi juga kepada alam sebagai suatu sistem yang mencakup kita sebagai bagian yang tidak terpisahkan, sudah saatnya diperhatikan kembali dan diimplementasikan di zaman ini.

Dengan mengusung judul HUMBOLDT DAN JARING KEHIDUPAN, Science Film Festival 2019 mencoba menyoroti relevansi pendekatan kompleks ini di abad ke-21, khususnya bagi pelajar dan orang muda, serta berupaya meningkatkan kesadaran mengenai isu lingkungan, perubahan iklim, dan kelestarian. Sejak edisi pertamanya pada tahun 2005, festival yang diselenggarakan oleh Goethe- Institut ini secara konsisten mempromosikan literasi sains kepada kaum muda di Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika Utara, Amerika Latin, Afrika Sub-Sahara dan Timur Tengah melalui komunikasi berbasis pengetahuan yang menghibur.

Dalam perjalanan waktu, festival ini telah mengukuhkan diri sebagai acara terbesar di dunia dalam kategori  ini, dengan lebih dari satu juta pengujung di    18 negara selama edisi tahun 2018, termasuk lebih dari 80.000 pengunjung di Indonesia. Untuk tahun ini, Science Film Festival akan mengunjungi 51 kota di seluruh Nusantara mulai 22 Oktober hingga 24 November 2019. Dengan didukung oleh sejumlah mitra lama, termasuk Kedutaan Besar Republik Federal Jerman, inisiatif PASCH (“Sekolah: Mitra menuju Masa Depan”), Sahid Hotels & Resorts Indonesia, serta Universitas Paramadina, Science Film Festival  2019  akan menyajikan 13 film dari tujuh negara yang hendak menyapa anak-anak Indonesia dan secara edukatif dan menghibur menghubungkan mereka dengan sains, di samping menyediakan program interaktif berupa eksperimen dan memudahkan penonton memahami konten.

Baca Juga :
Tingkatkan Perlindungan Konsumen di IKNB, OJK Keluarkan Ketentuan Penyempurnaan PAYDI dan Fintech Lending

PEMUTARAN SFF DI SD SARASWATI 5 DENPASAR DAN SDN 4 KETEWEL

Penyelenggaraan program Science Film Festival (SFF) di Bali bekerja sama dengan Bentara Budaya Bali (BBB), berlangsung selama dua hari, 23-24 Oktober 2019. Pada Rabu, 23 Oktober 2019, pemutaran dilaksanakan di BBB, kemudian berlanjut pada Kamis, 24 Oktober 2019 di dua lokasi sekaligus yakni SD Saraswati 5 Denpasar dan SDN 4 Ketewel.

Selain berkesempatan menyaksikan film-film terpilih bertema sains, siswa juga diajak melakukan eksperimen sains sederhana. Beberapa judul film yang ditayangkan antara lain: Outdoors Bound – Plastic in my food (Jerman, 2018, Sutradara: Alexander Gerst, Malin Büttner, Durasi: 20:12 menit); The Show with the Mouse – Urban Gardening (Jerman, 2019, Sutradara: Jan Marschner, Durasi: 07:35 menit), Nanogirl and the Imaginauts (New Zealand, 2018, Sutradara: Luke Nola, Durasi: 22:46 menit);  dan House Of Little Scientists_Natural fiber (Thailand, 2019, Sutradara: Warinnet Termsirikamol, Durasi: 10:09 menit).

Science Film Festival atau Festival Film Sains adalah perayaan komunikasi sains di Asia Tenggara, Asia Selatan, Afrika, dan Timur Tengah: Bekerjasama dengan mitra lokal, perayaan ini mempromosikan literasi sains dan memfasilitasi kesadaran akan isu-isu ilmiah, teknologi, dan lingkungan kontemporer melalui film internasional dengan kegiatan pendidikan yang menyertainya. Festival ini menyajikan isu-isu ilmiah yang mudah diakses dan menghibur bagi khalayak luas dan menunjukkan bahwa sains bisa menyenangkan. Ajang ini telah berkembang pesat sejak edisi pertamanya di tahun 2005, menjadi acara terbesar di dunia.

Festival Film Sains diselenggarakan di setiap negara oleh Goethe-Institut bekerja sama dengan mitra lokal. Festival ini bergantung pada kolaborasi dan partisipasi aktif lembaga pendidikan sains, sekolah, universitas, kementerian, dan pusat budaya di masing-masing negara tuan rumah, serta antusiasme staf mereka dan mitra lainnya, seperti LSM, pendidik, dan kelompok relawan pelajar, yang memfasilitasi pemutaran dan kegiatan. (*)

Baca Juga :
Susun Peta Jabatan Siapkan ASN Potensial, BKPSDM Badung Gelar Rakor Kepegawaian

Editor : Whraspati Radha

Leave a Comment

Your email address will not be published.