DPR AS Resmi Akui Genosida Armenia

Para pengunjuk rasa membawa poster-poster orang Armenia yang menjadi korban pembunuhan massal pada masa Kekaisaran Ottoman 1915, dalam doa bersama di Istanbul, Turki, 24 April 2015. (Foto: AP)

DPR AS, Selasa (29/10), dengan suara bulat secara resmi mengakui pembunuhan massal orang-orang Armenia oleh Kekaisaran Ottoman sebagai genosida.

Pemungutan suara yang bersejarah itu mendapat 405 suara melawan 11. Pernyataan itu dipandang sebagai teguran terhadap Turki, yang hampir satu abad menyangkal ada genosida.

Meskipun AS beberapa kali mengakui genosida Armenia melalui pernyataan presiden dan resolusi DPR, ini merupakan yang pertama kalinya Kongres sepenuhnya meloloskan peraturan yang menjadikannya kebijakan AS Tidak jelas apakah Senat akan mengikuti langkah itu.

Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu segera mengecam pemungutan suara itu, menyebutnya sebagai “keputusan memalukan oleh mereka yang mengeksploitasi sejarah dalam politik (itu) batal demi hukum bagi pemerintah dan rakyat Turki.”

Ia mengatakan resolusi itu adalah “pembalasan” Kongres atas serangan Turki ke Suriah utara.

Sejarawan mengatakan sekitar 1,5 juta warga Armenia tewas di tangan Kekaisaran Ottoman – cikal bakal Turki antara 1915-1923.

Rakyat Armenia mengatakan mereka secara sengaja dijadikan sasaran pemusnahan melalui kelaparan, kerja paksa, deportasi, dan pembantaian langsung.

Turki menyangkal ada genosida atau rencana sengaja untuk memusnahkan Armenia. Mereka mengatakan banyak di antaranya adalah korban Perang Dunia I, atau dibunuh oleh Rusia. Turki juga mengatakan jumlah warga Armenia yang terbunuh jauh lebih sedikit daripada angka 1,5 juta.

Turki adalah anggota NATO dan sekutu AS dan masalah ini sangat sensitif. Presiden AS berhati-hati untuk tidak secara terbuka menggunakan kata genosida ketika berbicara mengenai kematian warga Armenia dan terkadang menyesalinya.

Baca Juga :
Giri Prasta Harapkan Budidaya Koi Jadi Usaha dan Mata Pencaharian Masyarakat

Mantan Duta Besar AS Samantha Power mengatakan kepada radio podcast Save the World bahwa beberapa pejabat dalam pemerintahan Obama mengatakan merupakan “kesalahan” tidak menggunakan kata tersebut. “Saya menyesal kita telah mengecewakan begitu banyak warga Amerika keturunan Armenia,” katanya.

Sejauh ini belum ada reaksi dari pemerintahan Trump. [my/pp]

Leave a Comment

Your email address will not be published.