Debat Pilpres Putaran Pertama, Gagasan GAMA yang Menggugah

 

Balinetizen.com, Denpasar-

Dalam hari-hari pertama kampanye Ganjar Pranowo (GP) mengunjungi rakyat di: Papua, NTT, NTB dan sebagian Kalimantan. Sedangkan Mahfud MD (MM) memulai kampanye dengan mendatangi rakyat di Sabang. Strategi I Gde Sudibya, aktivis demokrasi, pengamat ekonomi politik. ini, mengingatkan Kita bersama akan lagu kebangsaan yang heroik: DARI SABANG SAMPAI MERAUKE.

“Ini merupakan gambaran dari pemimpin yang punya kesadaran sejarah, punya komitment untuk tegaknya paham kebangsaan, serta KERAGAMAN (KEBHINEKAAN). Keragaman adalah rokh dan keniscayaan bagi negeri ini,” kata I Gde Sudibya, aktivis demokrasi, pengamat ekonomi politik, Rabu 14 Desember 2023 menanggapi soal debat calon Presiden yang diselenggarakan KPU.

Dikatakan, keberpihakan terhadap “Wong Cilik”.
Dari “perjalanan” rakyat GP di Papua, NTT, NTB dan sebagian Kalimantan, tampaknya empati yang tinggi terhadap kondisi kesehatan masyarakat bawah, kaum perempuan, penyandang disabilitas.

Menurutnya, kepada para pemuda di NTT, empati GP terhadap kaum muda untuk menyongsong era baru ekonomi berbasis IT. Dalam dialognya dengan pemuka adat Dayak di Kalimantan Timur, empati GP terhadap hak-hak ulayat adat yang harus dilindungi dan dijaga.

Pada debat Capres tersebut GP mengajukan pertanyaan ke Prabowo tentang komitmentnya terhadap isu: Pengadilan Adhok HAM, dan dimana kuburan dari 13 aktivis pergerakan gerakan reformasi 1998 berada, sehingga keluarga korban bisa mengunjunginya.

“Sangat disayangkan, jawaban pertanyaan yang ditunggu publik ini, Prabowo tidak menjawabnya, hanya merespons dalam pernyataan normatif,” katanya.

Menurutnya, menyimak gesture dan rangkuman gagasan yang disampaikan GP tentang isu: kebhinekaan, keberpihakan pada “wong cilik”, tegaknya nilai kemanusiaan yang krusial, sangat pentingnya etika berpolitik, dalam lontaran kata lebih dari tiga kali dalam merespons isu yang berbeda.

Baca Juga :
Gema Puan dideklarasikan di Malang

“SATUNYA PIKIRAN, KATA DAN PERBUATAN, menggambarkan apa yang sering disampaikan oleh Soekarno, Hatta, Sjahrir sebagai political virtue, keutamaan dalam berpolitik,” kata I Gde Sudibya, aktivis demokrasi, pengamat ekonomi politik.

Menurutnya, gagasan GP dalam putaran pertama debat, lebih meyakinkan publik bahwa Ganjar Pranowo adalah anak ideologis Soekarno. Sehingga ide-ide besar Soekarno tentang Politik Luar Negeri Bebas Aktif, keberpihakan kepada “wong cilik” melalui sub ideologi Marhaenisme, Politik Tri Cakti Bung Karno, akan lebih dibumikan dalam operasionalisasi kebijakan terukur, tidak sebatas SLOGAN, sebagaimana banyak dipertontonkan di Bali dalam lima tahun terakhir. (Adi Putra)

Leave a Comment

Your email address will not be published.