Syukur tidak ada gempa susulan sehingga aktivitas warga kembali normal sebagaimana biasanya
Salah seorang warga Piru, Edwin Matanassy, ketika dihubungi dari Ambon, mengakui, saat guncangan gempa ia masih tertidur sehingga terkejut.
“Untung guncangan yang terasa cukup kuat itu tidak berlangsung lama sehingga tidak membuat warga Piru dan sekitarnya panik,” ujarnya.
Hanya saja, warga tetap mewaspadai kemungkinan ada gempa susulan yang terjadi tidak terjadi.
“Syukur tidak ada gempa susulan sehingga aktivitas warga kembali normal sebagaimana biasanya,” kata Edwin.
Pihak BPBD, baik Maluku maupun Seram Bagian Barat belum bisa dikonfirmasi dampak gempa karena saat dihubungi melalui WhatsApp(WA) maupun telpon genggam (HP) tidak menjawab.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) dalam lamannya menyebutkan pusat gempa berada di 34 km barat laut Kabupaten Seram Bagian Barat.
Titik gempa berada di koordinat 2,76 lintang selatan dan 12,13 bujur timur dengan kedalaman gempa 10 km.
Getaran gempa juga dirasakan di Piru, Maluku, pada skala II Modified Mercalli Intensity (MMI).
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyatakan bahwa Maluku termasuk salah satu daerah yang rentan dan rawan terjadi bencana alam berupa gempa tektonik yang dapat menimbulkan kerusakan berat, termasuk terjadinya tsunami.
Maluku berada pada pertemuan tiga lempeng besar, yakni Pasifik, Indo Australia, dan Eurasia.
Lempeng Indo Australia masuk ke bawah Eurasia, bertemu dengan Lempeng Pasifik sehingga mengakibatkan patahan yang tidak beraturan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan tim peneliti BNPB bersama UNESCO, beberapa daerah di Maluku yang tergolong rawan gempa di antaranya Seram Bagian Utara, Kabupaten Maluku Tengah, mengingat sebagian besar patahan di bawah laut berada di daerah tersebut. (Antaranews)