Ari Dwipayana, Perkuat Moderasi Beragama Berbasis Seni-Budaya

Balinetizen.com, Yogyakarta

Koordinator Staf Khusus Presiden RI AAGN Ari Dwipayana mengajak masyarakat khususnya umat Hindu untuk terus memperkuat moderasi beragama melalui seni dan budaya. Seni-budaya bisa menjadi jembatan ditengah keragamaan dan perbedaan. Karena seni memiliki karakter: membuka ruang toleransi untuk membangun kebersamaan dan keselarasan. Hal itu disampaikan Ari dalam pidato kunci di acara Sarasehan Festival Penguatan Moderasi Beragama Berbasis Seni Keagamaan yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Bimas Hindu Kementerian Agama, di Yogyakarta, Minggu (4/11/2022)

Serasehan dihadiri oleh Dirjen Bimas Hindu I Nengah Duija, Mantan Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof. Dr Al-Makin, dan Cendekiawan Ulil Absar Abdala dan Guru Besar ISI Surakarta dan Prof. Dr. Nanik Sri Prihatini.

Menurut Ari, dalam setiap atraksi seni, para seniman memainkan peran personal sekaligus juga peran kolektif. Masing-masing penampil yang membawakan karya bersama harus bertoleransi dan berkolaborasi sehingga tercipta karya seni yang indah. Misalnya dalam paduan suara, masing-masing memiliki karakter suara sendiri: sofran, alto, tenor, bass, tapi ketika dipadukan, masing-masing harus bisa menekan ego untuk mewujudkan keselarasan. Begitulah moderasi beragama, toleransi, saling menghormati dan saling bekerjasama merupakan fondasi untuk tercipta kerukunan dalam masyarakat.

Ari Dwipayana juga menyampaikan bahwa Candi Prambanan merupakan simbol yang paling kasat mata tentang aktualisasi moderasi beragama yang dicontohkan oleh nenek moyang kita di masa lalu. Itu terlihat dari keberadaan Candi Siwa yang berdampingan dengan Candi Brahma dan Candi Wisnu. Candi Prambanan yang merupakan peninggalan Hindu juga berdampingan dengan Candi Sewu, Candi Bubrah dan Candi Lumbung yang bercorak buddha. Itu artinya agama Hindu bisa berdampingan secara harmonis dengan agama Buddha sejak dahulu. Keharmonisan ini kemudian terekam dan ditulis oleh Mpu Tantular dalam kitab kekawin Sutasoma, dengan sesanti Bhinneka Tunggal Ika. Selain itu, Ari juga mengingatkan bahwa nenek moyang kita telah memadukan beragama dengan berkesenian. Hal itu terlihat jelas dalam panel relief Tarian Siwa Tandawa dan berbagai jenis alat musik yang terukir di Candi Prambanan. (RED-BN)

Baca Juga :
Megawati: Bung Karno sering bersentuhan dengan seniman dan budayawan

Leave a Comment

Your email address will not be published.