Bali Siap Tutup TPA Suwung Tiga Bulan Lagi

Deputi Bidang Sarana dan Prasarana Bappenas Ervan Maksum

Balinetizen.com, Denpasar

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) Indonesia, melalui Deputi Sarana Prasarana Ervan Maksum, menegaskan rencana penutupan Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung di Denpasar, Bali sekitar tiga bulan lagi atau diprediksi pada Januari 2024 mendatang. Langkah ini merupakan bagian dari upaya menuju lingkungan yang lebih bersih dan berkelanjutan.

Meski rencana penutupan TPA Suwung terkesan sangat optimistis, masih terdapat beberapa kendala yang harus diatasi. Salah satu kendala utama adalah terkait dengan RDF (Refuse Derived Fuel) yang dihasilkan dari TPA Suwung. RDF ini diharapkan dapat mengurangi drastis jumlah sampah di pulau Bali, namun karena terbatasnya akses ke offtakernya di Jawa, biaya logistik menjadi salah satu masalah utama.

Dalam upaya mengatasi masalah ini, pemerintah Bali telah melakukan berbagai kerjasama dengan perusahaan seperti SBI dan Indocement. Tujuannya adalah untuk mengurangi biaya logistik dan memastikan offtakernya tersedia. Namun, hingga saat ini, masalah logistik tetap menjadi hambatan.

Karena itu, mengenai target penutupan TPA Suwung, Maksum menyatakan bahwa pemerintah sangat fokus pada perbaikan kompresif di Denpasar dan Badung. Mereka juga akan terus mendorong upaya perbaikan logistik. Meski belum ada jaminan pasti, Maksum yakin bahwa target penutupan akan tercapai dalam tiga bulan.

“Sangat siap karena instrumen dari bawah TPS3R kita bikin juga banyak, TPST juga kita akan bikin juga di Gianyar, jadi memang dan platform persampahan nasional itu menuju kesana tidak ada lagi TPA juga dikurangi contohnya kita lihat Banyumas berhasil dia 520 ton semuanya cuma pabrik semen di Cilacap jaraknya cuma 80 km, kita tadinya di Celukan Bawang tiba – tiba harus ke Jawa yang melewati kapal dan itu mahal,” cetusnya di Denpasar, Rabu 18 Oktober 2023.

Baca Juga :
AHY: Keputusan Kemenkumham Tolak KLB Kabar Baik Bagi Demokrasi

Ketika ditanya mengenai mengapa RDF harus dikirim ke Jawa, Maksum menjelaskan bahwa Bali tidak memiliki pabrik semen yang dapat menerima RDF saat ini. Mereka juga sedang berusaha untuk menjalin kerjasama dengan PLN untuk menerima RDF, tetapi ada kendala teknis yang harus diatasi.

Namun, Maksum tetap optimistis bahwa Bali siap menutup TPA Suwung dengan membangun infrastruktur yang diperlukan, seperti Tempat Pemrosesan Sampah Terpadu (TPST) dan aturan yang sudah ada untuk mengelola sampah. Selain itu, Bali sedang berusaha mencari solusi logistik yang lebih efisien.

Selain itu, Maksum mengajak masyarakat untuk mengurai dan memilah sampah mulai dari sumbernya yang kemudian diproses di TPST. Keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan sampah sangat penting untuk keberhasilan proyek ini, katanya.

Di sisi lain, target penutupan TPA Suwung dalam tiga bulan mungkin terlihat optimistis, namun Maksum menekankan urgensi penutupan TPA Suwung yang telah overload dan mencemari lingkungan sekitarnya.

Terakhir, Maksum menyebutkan bahwa rencana pengiriman RDF ke Kalimantan sedang dipersiapkan, karena offtakernya sudah ada di sana. Namun, ia juga menggarisbawahi pentingnya peran masyarakat dalam memisahkan sampah organik, yang merupakan 70% dari sampah di Bali, untuk diolah menjadi kompos dan RDF. (Tri Prasetiyo)

Leave a Comment

Your email address will not be published.