Menjaga “Taksu” Kewibawan Desa Pakraman Bali

Jro Gde Sudibya, salah seorang pendiri dan sekretaris LSM Kuturan Dharma Budaya.

Mencermati kasus OTT Bendesa Adat Berawa, dengan dugaan pemerasan kepada investor, untuk menjaga “Taksu” kewibaan Desa Pakraman, sudah semestinya MDA Kabupaten Badung memberikan respons terukur: memberikan dukungan moral kepada Bendesa KR dengan bantuan penasehat hukum dalam proses hukum berkeadilan, dalam azas pra duga tak bersalah, sehingga ybs.tidak mengalami “trials by netizen” yang berkepanjangan. Sudah tentu Kita bersepakat, kewibawaan Desa Pakraman perlu terus dirawat dan dijaga, sebagai identitas sosial krama Bali, wadah bersama dalam melakoni keimanan dan ke depan sebagai wadah bersama melakukan transformasi sosial dalam perubahan deras yang sedang berlangsung. Tanpa organisasi sosial yang kuat, tangguh, kenyal terhadap perubahan, akan sulit bagi masyarakat Bali untuk merawat peradaban kebudayaannya.

Menyimak inti sari sejarah Desa Pakraman yang telah berusia lebih dari 1.000 tahun, “Taksu” kewibaan Desa Pakraman untuk menjawab tantangan zaman, memerlukan sejumlah persyaratan, menyebut beberapa: pertama, tim prajuru Desa Pakraman adalah mereka yang punya integritas tinggi, berdedikasi penuh, bersedia “mewakafkan” dirinya (sebagai “ruruban gumi”), untuk Desa Pakraman dan masa depannya. Kedua, hanya dengan kualifikasi di atas, Desa Pakraman sebagai lembaga akan terus bertumbuh kemampuan konsolidasi internalnya, modal sosial antar krama yang semakin kuat, sebagai modal dasar dalam proses belajar berkelanjutan Desa Pakraman sebagai lembaga. Proses belajar merespons perubahan, menghadapi dampak negatif yang dibawa “kemajuan” fisik yang dilahirkan oleh: kapitalisme, modernisme dan globalisme.

Ketiga, prajuru Desa Pakraman harus mampu meyakinkan dan “membujuk” pusat kekuasaan, sehingga penguasa tidak “cawe-cawe” terhadap kemandirian Desa Pakraman, bersamaan dengan kemampuan meyakinkan krama tentang pentingnya tempat “mesayuban”, lembaga yang memberikan keteduhan sosial bagi warga. Keteladanan yang telah dirintis oleh Mpu Kuturan, sekitar 1,023 tahun yang lalu.
Sejarah telah mengetuk “pintu” bagi Desa Pakraman untuk terus berbenah.

Baca Juga :
Buka Event Vespa Jembrana Bersatu, Wabup Kembang Ajak Scooterist Jadi Pemersatu Bangsa

Prajura Desa Pakraman seharusnya krama yang punya KEBERANIAN dan kemampuan memimpin -Werkudhara Guru-, seperti yang diteladankan raja istri Gunapriya Dharmaparni, yang “terpancarkan” dan terwariskan pada Pura Durgakutri di tingkat “pertama” dan Pura Bukit Dhama di tingkat “akhir”, pada saat perintintisan awal berdirinya Desa Pakraman dengan Kahyangan TigaNya yang kini dikenal.

Leave a Comment

Your email address will not be published.