Balinetizen.com, Papua
Diduga sebagai sarana propaganda Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB), media online jubi.co.id dilaporkan ke Dewan Pers dan Polisi oleh Forum Lintas Kerukunan Nusantara (FLKN) Provinsi Papua.
FLKN menilai, pemberitaan Jubi Online meresahkan guru dan seluruh pendatang di pedalaman Papua. Pemberitaan soal mata-mata sehingga mereka menjadi korban penembakan KKB yang terjadi di Beoga, Kabupaten Puncak.
FLKN Provinsi Papua menilai, pemberitaan yang diterbitkan oleh jubi.co.id dengan judul “Guru di Beoga, Puncak ditembak karena kerap dijumpai membawa pistol” dinilai telah menggiring opini berupa penyebaran informasi yang tidak benar atau memprovokasi.
Junaedi Rahim selaku Koordinator FLKN Provinsi Papua didampingi Ketua HKJM Sarminanto, Ketua K3 Yorrys Lumingkewas dan perwakilan Suku Buton, Padang, Pasundan serta Ikatan Keluarga Toraja dan Paguyuban lainnya di Kota Jayapura, Papua, beberapa waktu lalu mengatakan, media Jubi memberitakan hal yang tidak benar bahwa guru itu adalah mata-mata, ini tidak berdasar.
“Kami minta aparat untuk segera menyelidiki media tersebut, karena sudah membuat provokasi tentang hal yang tidak benar, dan akan menimbulkan banyak opini dipublik,” tegasnya kepada wartawan.
“Korban itu adalah guru dan ada juga tukang ojek dan anak sekolah yang tidak pernah berafiliasi terhadap politik atau apapun, mereka hanya masyarakat biasa, hanya guru. Dan itu kita sudah kami tanyakan kepada pihak keluarga,” tambahnya.
Sementara itu, pada Senin (12/4/2021) yang lalu, Kapen Kogabwilhan III Kolonel Czi IGN Suriastawa menyatakan pembunuhan KKB itu merupakan aksi teror terhadap dunia pendidikan yang menunjukkan kepada semua pihak bahwa KKB tidak menginginkan masyarakat Papua maju.
Menurut Suriastawa, aksi teror front bersenjata dalam menghancurkan dunia pendidikan di Papua ini justru didukung oleh media pro KKB yang diduga merupakan front klandestinnya. “Setidaknya terdapat 2 media yang diduga kuat memiliki link khusus dengan KKB dan diduga kuat menjadi salah satu front klandestin KKB,” ujarnya.
“Media tertentu ini beritanya tidak pernah imbang, selalu menyuarakan dan mendukung kepentingannya, sebaliknya selalu menyudutkan pemerintah pusat dan aparat keamanan. Berbagai profesi ada di front klandestin ini, termasuk jurnalis dan profesi lainnya,”imbuhnya tanpa menyebutkan nama medianya,” ucap Kolonel Suriastawa.
Sebelumnya, media jubi.co.id melalui sumber berita yang tidak disebutkan identitasnya memberitakan bahwa TPNPB membenarkan aksi penembakannya terhadap guru karena menganggapnya sebagai mata-mata parat keamanan, Jumat (09/4/2021).
Demikian juga dengan media suarapapua.com yang memberitakan pesan tertulis Gusby Waker (anggota Sabinus Waker) bahwa guru yang ditembak adalah intelijen TNI-Polri. Tuduhan ini langsung dibantah oleh Kepala Humas Satgas Nemangkawi Kombes Pol. M. Iqbal Alqudussy yang mengatakan bahwa Alm Bapa Oltavianus dan Bapa Yonatan hanya menjalankan tugas sebagai guru dengan niat mulia mencerdaskan anak-anak kabupaten Puncak, Papua, pada Sabtu (10/4/2021). (**)
Editor : Hidayat