Balinetizen.com, Mangupura
Beberapa indikasi keberadaan kapal selam KRI Nanggala-402 yang disampaikan Kepala Pusat Penerangan TNI, Mayor Jenderal TNI Achmad Riad, pada Jumat (23/4), dan juga Kepala Staf TNI AL, Laksamana TNI Yudo Margono, Sabtu (22/4), mulai terlihat.
Lokasi pun sudah diketahui yakni di perairan sekitar Celukan Bawang, Kabupaten Buleleng, Bali Utara. Riad menyampaikan KRI Rimau telah mendeteksi satu titik magnet cukup kuat di wilayah pencarian, yaitu di perairan utara Pulau Bali. Pihaknya akan mengejar dan menindaklanjuti temuan itu.
“Ada satu titik magnet yang cukup kuat, mudah-mudahan itu tidak berubah dan akan dikejar. Mudah-mudahan itu menjadi titik terang,” kata dia saat jumpa pers di Base Ops Pangkalan Udara TNI AU Ngurah Rai, Badung, Bali, Jumat (23/4).
Sebelumnya (22/4), Margono juga sempat menyebut KRI Rimau menemukan titik-titik magnet berkekuatan cukup tinggi pada kedalaman kurang lebih 50-100 meter dalam kondisi melayang.
“Temuan dari KRI Rimau itu rencananya akan turut ditindaklanjuti KRI Rigel, yang kemungkinan akan tiba di lokasi pencarian pada Jumat siang atau sore,” kata Riad.
Ia menerangkan sejauh ini wilayah pencarian KRI Nanggala-402 masih terkonsentrasi di perairan utara Bali. “Wilayahnya masih 65 mil laut dari perairan utara Bali,” katanya.
Ia pun menyebut KRI Nanggala-402 yang telah putus kontak sejak Rabu (21/4) itu kemungkinan tenggelam di perairan dekat Celukan Bawang, desa yang berada di wilayah utara Bali.
“Di sekitar daerah tersebut terdapat tumpahan minyak. Selain itu, juga ada daya magnet yang besar. Itu sudah mulai terdeteksi di daerah tersebut sehingga sekarang sedang dilaksanakan terus pemantauan di wilayah tersebut dengan memanfaatkan semua peralatan yang ada,” katanya.
Oleh karena itu, kapal-kapal dan alat pencari pun fokus menyusuri areal perairan di kurang lebih 40 kilometer dari utara Celukan Bawang. “Jadi, kalau ditarik garis, jaraknya dari Celukan Bawang itu kurang lebih sekitar 23 mil laut atau kurang lebih 40 kilometer di utara Celukan Bawang,” kata dia.
Celukan Bawang merupakan desa di Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng, Bali. Desa itu berada di wilayah pesisir utara Pulau Bali. “Mudah-mudahan di beberapa titik-titik itu dengan berbagai peralatan yang ada bisa segera ditemukan atau dijejaki (bahwa) itu adalah posisi KRI Nanggala-402,” kata Riad.
Sejauh ini, TNI telah mengerahkan 21 kapal perang yang sebagian besar memiliki daya deteksi sonar untuk memetakan situasi di kedalaman dan dasar laut. TNI juga turut mendapat bantuan empat kapal dan satu unit alat deteksi bawah laut atau remote operation vehicle (ROV) dari polisi.
Badan SAR Nasional juga mengerahkan dua unit kapal dan satu ROV untuk membantu pencarian KRI Nanggala-402 yang membawa 53 personel di dalamnya. Bahkan, negara-negara sahabat, seperti Malaysia, Singapura, India, Australia, dan Amerika Serikat, juga memberikan bantuan, baik berupa peralatan, kapal, maupun tenaga, untuk membantu pencarian KRI Nanggala-402.
“Beberapa dari negara sahabat sudah tiba, di samping peralatan yang sudah kami gelar. Pembagian sektor sudah dibuat. Operasi pencarian akan dimaksimalkan sampai batas akhir,” kata Riad.
Kapasitas oksigen KRI Nanggala-402 dalam keadaan mati total (blackout) kemungkinan hanya mampu bertahan selama 72 jam atau kurang lebih tiga hari.
Kapal itu telah hilang kontak pada hari Rabu (21/4) pukul 03.00 WITA. Dengan demikian, oksigen kemungkinan tersedia sampai Sabtu (24/4) pukul 03.00 WITA. Namun, bila kondisi listrik di kapal selam itu menyala, maka bisa bertahan lima hari.
KRI Nanggala-402 resmi dinyatakan hilang kontak oleh otoritas terkait setelah putus kontak pada Rabu dini hari, yaitu saat latihan peluncuran torpedo nomor 8. Komunikasi terakhir dengan KRI Nanggala-402 berlangsung pada pukul 04.25 WITA atau pada saat komandan gugus tugas latihan akan memberi otorisasi penembakan torpedo.
Titik terang
Akan tetapi, pada Sabtu (24/4), tahap pencarian kapal selam KRI Nanggala sudah beranjak dari tahap submiss menuju tahap subsunk, karena sudah terdapat titik terang dengan temuan beberapa komponen yang menjadi bukti otentik milik KRI Nanggala-402 yang sempat hilang kontak di Perairan Bali bagian utara (21/4) itu.
“Beberapa hari lalu dan sampai hari ini (24/4) telah ditemukan beberapa kepentingan dan barang-barang yang berada di sekitar lokasi kapal tersebut terlihat saat menyelam tersebut,” kata Margono dalam konferensi pers di Base Ops Pangkalan Udara TNI AUÂ Ngurah Rai, Badung, Bali, Sabtu (24/4).
Benda temuan itu diyakini sebagai komponen yang melekat di kapal selam dan ini tidak akan terangkat ke luar kapal apabila tidak ada tekanan dari luar atau terjadi keretakan di peluncur terpedo.
Barang bukti yang ditampilkan saat ini ditemukan dalam kondisi terapung. Selain penemuan tumpahan minyak juga ada komponen-komponen yang diyakini milik kapal KRI Nanggala-402. “Barang-barang ini tidak dimiliki oleh umum dan di sekitar radius 10 mil laut tidak ada kapal lain yang melintas sehingga dan dari para ahli dalam hal ini adalah mantan-mantan ABK KRI Nanggala 402 dan juga komunitas kapal selam diyakini bahwa ini adalah barang-barang milik KRI Nanggala,” katanya.
Adapun komponen-komponen yang ditemukan milik KRI Nanggala yaitu benda berwarna hitam yang merupakan bagian komponen pelurus di tabung peluncur torpedo, kemudian alas sholat, spons atau busa penahan panas, benda berwarna putih yang merupakan pembungkus pipa pendingin dan ada tulisan Korea Selatan, botol mineral cairan warna oranye yaitu gemuk yang digunakan untuk melumasi naik turunnya periskop.
“Grease ini oleh kru yang biasanya bertanggung jawab terhadap periskop itu membawa sebanyak ini dan disimpan dekat periskop. Ini cadangan dalam kapal selam jika terjadi kekeringan di kapal selam maka dia akan melumuri di periskop tersebut itu,” katanya.
Sementara itu, pembungkus pipa pendingin yang ada tulisan Korea Selatan ini adalah vertical overhaul pada 2012. Menurut dia, dengan adanya bukti-bukti otentik yang ini diyakini adalah milik KRI Nanggala-402 dan saat ini diisyaratkan dari tahap submiss sudah ditingkatkan menuju tahap subsunk.
Sebelumnya (22/4), Margono memperkirakan kemampuan oksigen KRI Nanggala apabila berada dalam kondisi blackout mampu 72 jam atau kurang lebih tiga hari.
“Jadi, kalau kemarin saat hilang kontak pukul 03.00 WITA, sampai Sabtu pukul 03.00 WITA. Mudah-mudahan ini segera ditemukan sehingga cadangan oksigen masih ada,” kata dia.
Ia mengatakan bahwa KRI Nanggala-402 ini dalam keadaan siap, baik personel maupun material. Personelnya lengkap serta material sudah ada dan sudah mendapat surat kelaikan. Kontrak efektif pembelian KRI Nanggala-402 buatan HDW Jerman ini ditandatangani 1977 dan diterima TNI AL pada 1981.
Riwayat kapal ini, lanjut dia, sudah menembak torpedo latihan sebanyak 15 kali dan menembak torpedo perang dua kali dengan sasaran kapal eks KRIÂ Rakata, keduanya tenggelam. “Jadi, KRI Nanggala ini dalam kondisi siap tempur sehingga kami libatkan untuk latihan penembakan torpedo latihan maupun perang,” katanya, menjelaskan tentang persiapan KRI Nanggala-402 sebelum mengalami musibah.
Terkait kemungkinan penyebab musibah itu, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi memprediksi sesuai hasil pemodelan arus laut bahwa ada kemungkinan kapal selam KRI Nanggala-402 terbawa arus ke timur, ke perairan lebih dalam. “Melihat dari hasil pemodelan BPPT itu agak ketarik ke arah timur,” kata Kepala Balai Teknologi Survei Kelautan BPPT, Djoko Nugroho, saat dihubungi ANTARA di Jakarta, Jumat (23/4).
Hasil pemodelan itu menyertakan berbagai aspek, termasuk faktor jika kapal selam mengalami mati mesin, dengan begitu dikondisikan jika tidak ada tenaga di kapal selam maka kurang lebih kapal seperti terombang-ambing sehingga mengikuti arus.
“Dia (kapal) ‘mati’ di lokasi hilangnya kontak, dia terombang-ambing di lokasi, nah itu akan terbawanya ke arah timur. KRI Nanggala-402 memiliki daya jelajah untuk kedalaman laut sekitar 250-500 meter. Tapi kalaupun sampai 500 meter itu juga tidak bisa terlalu lama, karena di situ tekanan itu sudah bisa memengaruhi kondisi dari badan kapal selam itu sendiri, hingga semakin ke dalam,” ujarnya.
Jika kapal semakin dalam ke dalam lautan maka tinggi tekanan yang didapat. Apabila tekanan yang diterima sudah melebihi kekuatan tekan dari kapal selam, maka yang terjadi adalah masuknya air laut ke dalam tubuh kapal sehingga kapal selam bisa semakin berat dan semakin bisa turun ke dasar laut dan itu tentunya akan sulit.
“Jika kapal itu meluncur ke arah timur atau ke arah tenggara dari perairan laut bagian utara Provinsi Bali maka bisa dipastikan kapal tersebut akan jatuh ke lokasi yang lebih dalam, tidak sekadar 700 meter tetapi bisa lebih dalam dari 700 meter. Kalau dia meluncur ke arah utara ataupun ke arah barat itu semakin dangkal,” katanya. (Antara)