Ilustrasi
Balinetizen.com, Badung
Kembalikan Pecalang ke Jati Dirinya, Melindungi Desa Pakraman dari Setiap Risiko Keamanan -Jaba Baya – adalah sebuah pendapat yang keren.
Hal itu dikatakan Jro Gde Sudibya, anggota MPR RI Utusan Daerah Bali 1999 – 2004, intelektual Bali, penulis buku Agama Hindu dan Kebudayaan Bali, Jumat 9 Mei 2025 menanggapi gempuran masuk Ormas ke pulau Dewata ini.
Sekadar berbagi, lanjut Gde Sudibya, sebuah penelitian tentang kepemimpinan dan inovasi kebijakan oleh para peneliti kelas dunia, yang kemudian tertuang dalam BLUE OCEAN STRATEGY, dinyatakan: kepolisian kota New York, nyaris kewalahan menghadapi tingginya angka kriminalitas di kota itu, meresahkan warga dan juga para wisatawan.
Menurut penelitian tersebut, kata Jro Gde Sudibya, pimpinan kepolisian kota New York, seizin wali kota, menyusun ulang penanganan kriminalitas dengan melibatkan penduduk setempat, wilayah lokal/county.
“Dan, hasilnya terjadi surprise angka kriminalitas turun tajam, keamanan kota, kerja sama polisi dengan penduduk lokal dapat mengamankan wilayah, dan mengendalikan keamanan wilayah,” kata Jro Gde Sudibya.
Buku BLUE OCEAN STRATEGY telah menjadi buku rujukan di banyak universitas ternama dalam perumusan inovasi kebijakan berkaitan dengan krisis.
Gelising cerita, lanjut Gde Sudibya, Pecalang sebagai bagian dari sistem sosial untuk mengamankan Desa Pakraman -Jaga Baya – semestinya lebih dioptimalkan.
Dalam sejarah Bali, sebut saja mulai di era kepemimpinan Raja suami istri Udayana Warmadewa – Gunapriya Dharmapati, dengan Bhagavanta ternama Mpu Kuturan Raja Kertha, 1,024 tahun yang lalu, dengan Desa Pakraman dan dengan sistem keyakinan Tuhan Tri Murthi, telah meletakkan dasar bagi Desa Pakraman di seluruh Bali yang berkelanjutan, termasuk menghadapi musuh dari luar.
“Jika disimak sistem filosofi dalam “Kukul Bulus”, pada tingkat krisis tertentu, yang membahayakan keselamatan krama dan masa depan Desa Pakraman, semua krama pada akhirnya menjadi pecalang untuk menyelamatkan desanya,” kata Jro Gde Sudibya.
Dikatakan, Sejarah Bali, bisa memberikan cerita yang amat sangat kaya, tentang prilaku “nindihin gumi lan kepatutan” dalam menjaga dan memberi rasa aman bagi masyarakat Bali.
Pesan moralnya, lanjut Gde Sudibya bahwa kembali ke kearifan pecalang, dan tidak perlu organisasi “keamanan”lainnya, di luar polisi dan tentara yang mewakili kepentingan negara yang diatur konstitusi.
Jurnalis Nyoman Sutiawan