Keterangan foto: Sebanyak 30 peserta terseleksi melalui Pendaftaran Terbuka di bidang Seni Rupa, Desain Komunikasi Visual, Desain Produk, Kriya, dan Fesyen yang akan mengikuti lokakarya yang kami beri nama “Ayo Ketemu!”/MB
(Balinetizen.com) Denpasar –
Pemahaman masyarakat terhadap hasil karya kaum disabilitas masih menggunakan pendekatan emosi empatik atau dengan kata lain memandang sebuah karya dengan unsur belas kasihan ‘labeling difabel’, hal ini malah dikhawatirkan akan berdampak destruktif bahkan mematikan motivasi, Untuk itulah Gerakan Kreabilitas timbul sebagai gerakan inisiatif yang berangkat dari kepercayaan bahwa setiap orang adalah kreatif, terlepas dari kemampuan yang dimiliki.
Hal tersebut diungkapkan oleh Budi Agung Kuswara “Kabul” Seniman dan Founder KETEMU Project saat diskusi “Melukis Masa Depan Ekonomi Kreatif” bersama dengan Paul Smith (Direktur, British Council Indonesia), Baskoro Junianto (Tenaga Ahli & Kurator, Badan Ekonomi Kreatif), Slamet Thohari (Dosen, Peneliti & Co-Founder CDSS, Universitas Brawijaya), dan Yap Mun Ching (Direktur Eksekutif, Air Asia Foundation) di Taksu Sanur Hotel, Denpasar, Senin (1/7/2019).
Menurutnya, kata “Kreabilitas” tercipta dari kombinasi kata “kreatif” dan “abilitas” yang menyelaraskan inovasi kreatif dan pengembangan budaya dengan strategi bisnis.
Sebanyak 30 peserta terseleksi melalui Pendaftaran Terbuka di bidang Seni Rupa, Desain Komunikasi Visual, Desain Produk, Kriya, dan Fesyen yang akan mengikuti lokakarya yang kami beri nama “Ayo Ketemu!”
Kegiatan tersebut juga mendapat dukungan dari Koordinator Kesejahteraan Sosial (K3S) Pemerintah Kota Denpasar yang diketuai oleh Selly D. Mantra, Semangat yang sama menjadi visi dan misi yang sama untuk meningkatkan ‘skill’ para disabilitas agar menjadi lebih mandiri dan setara merupakan ‘goals’ atau tujuan utama gerakan ini.
“Intinya kami dari pemerintah kota melalui K3S memberikan apresiasi terhadap pihak-pihak lain yang peduli dengan peningkatan dan pemberdayaan ekonomi kreatif penyandang disabilitas,” tutur Selly.
The British Council melalui program Developing Inclusive and Creative Economic (DICE) memberikan sejumlah dana hibah (grant) untuk memberikan dukungan terhadap pengembangan inovasi dari karya-karya kaum disabilitas dengan harapan akan tampil social enterpreneur baru dari hasil kolaborasi antara pemerintah Inggris dan Indonesia,” kata Sarah Ramadita, Program Manager DICE British Council. (hd)