“Selama ini kegiatan mahasiswa selalu terbuka. Masjid kampus juga kami kontrol, jadi kegiatan di masjid semua diketahui rektor,” katanya, di Mataram, Minggu.
Ia menambahkan tidak ada kelompok keagamaan yang ekslusif seperti hasil riset Setara Institute.
Husni juga mempertanyakan riset yang dilakukan Setara Institute, yang belum dilakukan izin penelitian atau permohonan mengajukan pendamping.
Dia mempertanyakan metode riset yang dilakukan Setara sehingga cepat mengambil kesimpulan Unram terpapar radikalisme.
“Jadi jangan hanya mewawancarai satu dua mahasiswa atau survei satu dua hari terus langsung menyimpulkan,” sesalnya.
Husni juga mempertanyakan apakah sampel riset yang diambil sesuai kaidah keilmuan. Dia meminta jangan karena busana yang dikenakan mahasiswa, sehingga menyimpulkan mereka terpapar radikalisme.
Unram saat ini, katanya, telah menggelar diskusi rutin setiap hari Jumat dengan mengundang ahli di bidang agama yang akan membantu meluruskan paradigma yang sempit soal agama, sehingga dapat menjauhkan mahasiswa dari paham radikalisme.
“Sekecil apapun perhatian pihak luar pada kampus tetap kita hargai. Kita juga sering melakukan diskusi tidak hanya keagamaan tapi juga kebangsaan. Apa yang ada di pikiran mahasiswa, kita diskusi sehingga dia terbuka wawasannya,” ungkapnya. (Antara)