Ketua Dekranasda Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster sebagai narasumber pada acara Circular Revolution dengan tema “Sampah Kemasan di Lautan Bali” yang digagas Business and Export Development Organization (BEDO) di Hotel Alila, Seminyak, Kuta, Senin (22/7).
Keberhasilan pelaksanaan pembangunan ekonomi berkelanjutan dan ramah lingkungan bukan hanya tanggung jawab pemerintah, namun semua pihak termasuk pelaku usaha dan masyarakat.
Demikian disampaikan Ketua Dekranasda Provinsi Bali Ny. Putri Suastini Koster saat memberi sambutan sekaligus sebagai narasumber pada acara Circular Revolution dengan tema “Sampah Kemasan di Lautan Bali” yang digagas Business and Export Development Organization (BEDO) di Hotel Alila, Seminyak, Kuta, Senin (22/7).
Bunda Putri demikian ia akrab disapa mengatakan, Dekranasda melihat ada dua tanggung jawab untuk hal-hal terkait industri produksi kerajinan yang dihasilkan oleh pengusaha. Pertama adalah melestarikan, dan yang kedua mengembangkan.
Ia kemudian mengingatkan agar dalam pelaksanaannya, kedua hal ini tak saling mematikan satu sama lain. “Hanya karena kita ingin bertahan pada hal yang lestari, kita takut untuk berkembang. Sebaliknya karena ingin berburu yang kita kembangkan cepat maju, kita lupakan apa yang harus kita lestarikan,” ujarnya.
Menurutnya dua hal inilah yang dipelajarinya setelah satu tahun terakhir menjadi Ketua Dekranasda Provinsi Bali.
Bunda Putri yang dikenal sebagai seniman multitalenta ini menambahkan, terkait visi Nangun Sat Kerthi Loka Bali, Gubernur Bali Wayan Koster telah menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 97 Tahun 2018 tentang Pembatasan Timbulan Sampah Plastik Sekali Pakai. Untuk itu, ia mengajak para peserta acara ikut memperhatikan dan menjalankan peraturan ini.
“Misalnya industri sandang kita, garmen kita sudahkah kita turut menjaga lingkungan ini. Begitu juga produksi makanan, kemasan-kemasan sudahkah kita ikut menjaga agar lautan kita tidak menjadi tong sampah. Agar bumi ini tidak terkubur berton-ton plastik yang satu saat membuat anak cucu kita merana,” kata Istri Gubernur Wayan Koster ini.
Menurutnya masyarakat saat ini terlena dengan kemudahan penggunaan plastik sekali pakai. Ia mencontohkan, dahulu para kaum ibu ke pasar terbiasa membawa tas belanja sendiri, namun sejak muncul kantong plastik, mereka justru membawa pulang bahan belanjaan dengan terbungkus dalam beragam kantong plastik.
Ketua BEDO Dwi Iskandar mengatakan, sebagai pengusaha merasa ikut memiliki tanggung jawab terhadap lingkungan dan sosial sesuai visi misi BEDO yang tidak hanya berhasil di bisnis, namun memiliki kepedulian terhadap lingkungan sekitar.
Ia mengungkapkan acara ini merupakan bagian dari rangkaian kegiatan pelatihan untuk UKM di Bali dan Lombok Tengah. Di Bali sendiri kegiatan dilaksanakan di tiga kabupaten. Yakni Tabanan, Buleleng serta Karangasem yang dimulai sejak November lalu dan berakhir pada April tahun ini.
“Kita sebagai pengusaha wajib tahu, kira-kira pekerjaan kita atau usaha kita itu membawa efek apa untuk lingkungan dan sekitar kita? Jadi kita harus menjadi smart untuk bisa lebih care (peduli) dengan sekeliling kita,” terang pria yang juga seorang fashion desainer ini.
Ketua Panitia Circular Revolution, Rahmi Fajar Harini mengajak semua lini usaha, anggota, partner BEDO yang tidak hanya lini usaha fashion tapi juga lini usaha lain untuk bisa saling belajar, saling menginspirasi satu sama lain mengenai praktek circular economy.
“Hari ini kita ada talkshow, ada fashion show, yang kita tampilkan adalah barang-barang limbah yang di-upcycling menjadi barang-barang baru yang bisa dipakai,” kata desainer yang akrab disapa Ami Zijta.
Acara ini dihadiri pula Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kabupaten Badung Drs. I Putu Eka Merthawan, Sekretaris Dinas Sosial Kota Denpasar Drs. I Nyoman Artayasa serta perwakilan pengusaha yang concern terhadap pengurangan sampah plastik seperti Alila, Sampoerna dan Coca Cola.
Sumber : Humas Pemprov Bali